Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Wajah Republika Setelah Erick Thohir Jadi Ketua Timses Jokowi-Ma'ruf Amin

10 September 2018   18:34 Diperbarui: 11 September 2018   22:20 3583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar pribadi situs republika

Jika membicarakan Republika, saya beranggapan media Islamis-Nasionalis ini sering tampil sebagai oposisi pemerintahan Presiden Jokowi. Pengamatan saya sementara menyimpulkan, beberapa waktu lalu sebelum Erick Thohir menjadi ketua Timses Jokowi, Republika sangat garang menjadi oposisi pemerintahan Jokowi. Sebelum Erick Thohir menjadi Timses Jokowi, Republika merupakan media yang menurut saya memiliki dua wajah.

Tetapi kepentingan ekonomi politik rupanya ikut andil mengubah ke arah mana wajah Republika menghadap. Agama (dalam hal ini Islamis) dalam kepentingan ekonomi politik media massa selalu saja bisa dikomodifikasi.

Apalagi pada saat sedang seru-serunya kontestasi politik saat ini, pemilik industri media tentu akan memilih kelompok mana yang bisa menguntungkan. Ideologi agama dalam media menjadi tidak memiliki kekuatan apapun sebab kepentingan kekuasaan itulah yang akan menang.

Agama menjadi sarat kepentingan jika berhadapan kepentingan media dan ekonomi politik. Tapi perlu digarisbawahi saya tidak menyalahkan agama secara teologis tetapi orang yang menganut ideologi agama dalam media itulah yang memiliki kepentingan. Agama sudah memiliki ajaran yang selesai tetapi media menggunakan agama untuk kepentingan apa saja khususnya perebutan kekuasaan.

Republika, satu wajah ingin menjadi nasionalis dan wajah yang kedua ingin menjadi Islamis. Saya sebut juga, Republika akhirnya berdiri pada wilayah yang abu-abu. Hipotesa saya ini bisa jadi benar, bisa jadi tidak benar. 

Saya sendiri pembaca setia Republika dan media besar lainnya misal Kompas, Media Indonesia, Jawapos, Tempo dan lain-lain. Media selain Republika ini sudah jelas berdiri pada wajah terang benderang yaitu sebagai media Nasionalis. Mereka tidak menyebut sebagai media yang berideologi agama apapun bentuknya.

Jadi sangat jelas wajah mereka (Kompas, Media Indonesia, Jawapos, Tempo dan lain-lain) berdiri sebagai penganut satu mazhab yaitu yaitu mazhab nasionalis dan/atau mazhab nir-agamais.

Shoemaker dengan teori lapisan bawangnya menyebut salah satu faktor yang berada dalam media adalah ideologi. Apakah itu ideologi nasionalis atau pun agamais, ideologi selalu saja ada dalam media. Ideologi yang paling dominan pada media justru direpresentasikan pada pemiliknya.

Pendapat saya, ideologi pemilik media itulah yang akan menentukan arah pemberitaan sebuah media. Kita mengetahui bahwa Erick Thohir merupakan pemilik Republika. Jadilah, unsur ideologi Erick Thohir inilah yang kemudian menjadi reprentasi kepentingan ekonomi politik Republika.

Arah kepentingan politik Republika hari ini apakah masih garang terhadap Jokowi? Masihkah Republika akan membuat berita yang mendukung Prabowo-Sandi? Jika ingin mendapatkan hasil yang ilmiah tentu saja harus dijawab melalui penelitian ilmiah. Tulisan ini mungkin belum akan bisa menjawab kasus ini secara mendalam. 

Jika menggunakan teori Shoemaker, ke depan framing pemberitaan Republika tidak akan garang terhadap Jokowi. Ideologi pemilik yaitu Erick Thohir secara langsung akan memengaruhi arah kebijakan redaksional Republika. Ekonomi politik yang dibangun pasti akan lebih menguntungkan kubu Jokowi-Ma'ruf. Republika secara langsung atau tidak langsung akan menjadi perpanjangan kepentingan pemenangan politik Jokowi.

Bahkan beberapa berita Republika yang saya beberapa hari ini, Republika membuat pemberitaan yang manis terhadap pemerintahan Jokowi. Dua judul berita yang saya rasa mendukung Jokowi adalah "Presiden Jokowi Disambut Ala Raja Korea Kuno di Korsel", dan "Sikap 'Mendua' Demokrat dan Keuntungan yang Didapat Jokowi". (https://www.republika.co.id) 

Dengan bergabungnya Erick Thohir maka kerugian di pihak Prabowo-Sandi. Kubu Prabowo Sandi saat ini kehilangan media mainstream yang akan mendukung lewat framing dan ekonomi politik media. Satu strategi yang menusuk jantung pertahanan Prabowo-Sandi dengan meminang Republika dan Erick Thohir.

Dengan kondisi di atas, tentu saja kubu Jokowi-Ma'ruf diuntungkan dari pihak Prabowo-Sandi. Satu kemenangan telah dikantongi oleh kubu Jokowi dan Ma'ruf Amin.

Dari sisi ekonomi politik tentu juga menguntungkan kubu Jokowi. Erick Thohir sebagai penguasaha media dan perusahaan lainnya, tentu akan menyumbangkan sokongan dana untuk kubu Jokowi. Apakah tidak ada transaksi kepentingan jika seorang pengusaha masuk ranah kekuasaan?

Dalam demokrasi kita saat ini, tidak akan mungkin bisa menang tanpa media dan ekonomi politiknya. Demokrasi kita terlalu mahal untuk diperankan seorang diri dengan mengandalkan partai politik. Strategi yang apik untuk memenangkan kontestasi politik saat ini adalah meminang pengusaha media dan pengusaha lainnya.

Demokrasi tanpa media dan tanpa uang tidak akan mungkin akan berjalan dengan sukses. Jika ingin memenangkan kontestasi kekuasaan adalah dengan merebut media. Siapa yang menguasai media itulah yang kelak akan mampu menguasai sebuah negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun