Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Uniknya Pesta Pernikahan di Tengah Kebun Kopi

24 November 2015   08:58 Diperbarui: 24 November 2015   11:12 936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar. 1, Pohon kopi dengan buah merahnya menjadi ucapan selamat datang bagi tamu (Doc. Pribadi)

Biasanya orang menggelar pesta pernikahan anggota keluarga mereka di gedung, meeting room hotel atau di halaman rumah yang luas. Tap tidak dengan keluarga H. Karjono Kariadi, S Pd, laki-laki enam puluh tahun ini menggelar pesta pernikahan putri bungsunya di tengah-tengah kebun kopi. Bukan mencari sensasi, pak Jon, begitu pensiunan guru matematika dan mantan kepala sekolah SMP ini biasa disapa, dia menggelar pesta pernikahan di tengah kebun kopi memang karena rumah tempat tinggal keluarganya berada ditengah-tengah kebun miliknya yang luasnya sekitar 1 hektare yang terletak di desa Paya Tumpi, tak begitu jauh dari kota Takengon, ibukota kabupaten Aceh Tengah.

Bangunan permanen dengan ukuran lumayan besar, agak jauh dari rumah-rumah lainnya, yang sudah ditempatinya selama puluhan tahun itu memang menjadi tempat tinggal pak Jon bersama isteri dan putrinya, Rahmah yang hari ini jadi “ratu sehari” di pelaminan. Tiga putra putrinya yang lain sudah berkeluarga dan  memiliki rumah sendiri-sendiri. Dan hajatan kali ini adalah hajatan pernikahan yang terakhir bagi keluarga pak Jon, karena Rahmah yang bekerja sebagai tenaga paramedis di rumah sakit pemerintah daerah ini adalah putri bungsunya.

Saya sebagai salah seorang yang cukup dekat dengan keluarga itu, tentu saja mendapat undangan hajatan keluarga pak Jon. Isteri pak Jon, Hajjah Suryati, sampai dengan memasuki masa pensiun beberapa tahun yang lalu adalah teman sekantor saya, begitu juga dengan pak Jon sendiri dan putra putrinya, saya juga sangat akrab.

Gelaran hajatan di tengah kebun kopi ini sebenarnya bukan sesuatu yang aneh atau dibuat-buat, wajar saja karena Pak Jon sendiri sejak masih aktif sebagai guru, memang sudah akrab dengan urusan berkebun, kebun yang juga jadi pekarangan rumahnya yang cukup luas itu dipenuhinya dengan tanaman kopi arabika, komoditi perkebunan yang sudah jadi “budaya” bagi masyarakat di Aceh Tengah atau yang dikenal dengan Dataran Tinggi Gayo itu. Nggak ada yang aneh kalo kemudian pak Jon menggelar hajatan itu di rumahnya yang memang dikelilingi kebun itu.

Usai jam kerja, saya pun segera beranjak memenuhi undangan pak Jon, sampai di jalan masuk ke tempat hajatan itu, deretan kendaraan roda empat sudah ramai terparkir di pinggir jalan lintas Takengon – Bireuen. Rumah keluarga pak Jon memang hanya beberapa ratus meter dari pinggir jalan negara tersebut, ada jalan kecil beralas beton semen menuju rumah itu, agak susah memang dilewati kendaraan roda empat, sehingga para tamu memilih memarkir kendaraan mereka di pinggir jalan utama, sementara undangan yang menggunakan motor, bisa langsung sampai ke pelataran rumah pak Jon yang hari ini disulap jadi tempat pesta pernikahan.

Tapi tidak ada sedikitpun keluhan dari para undangan yang “terpaksa” harus jalan kaki beberapa ratus meter, hijaunya pepohonan yang mengelilingi jalan masuk ke rumah pak Jon ditambah udara segar yang mengitarinya, begitu “memanjakan” mata dan terasa nyaman untuk dinikmati.

Gambar 2, Gebang Pesta diapit rerimbunan pohon kopi (Doc. Pribadi)

Memasuki pekarangan rumah pak Jon yang menjadi lokasi hajtan itu, para undangan sudah “disambut” oleh deretan pohon kopi yang kebetulan buahnya sudah mulai memerah, karena memang bulan ini adalah masa panen kopi di dataran tinggi Gayo. Buah merah kopi itu seakan menjadi pengganti ucapan selamat datang bagi para undangan yang berasal dari semua kalangan itu, ada pejabat, ada pengusaha, ada pegawai negeri, ada kontraktor, ada anggota TNI dan Polri dan tentu saja petani.

Pergaulan pak Jon yang sangat luas ditambah sifat ramah dan bersahajanya, membuat relasinya juga sangat banyak, Banyak diantara undangan yang enghentikan langkahnya sejenak untuk sekedar memandang untaian buah kopi merah ditengah hijaunya daun-daun dari pohon-pohon kopi yang terawatt apik iti.

Bebarapa tenda sudah terpasang di sekitar tempat kediaman pak Jon, sebuah pelaminan yang lumayan mewah juga sudah terpasang disana, ditengah-tengah kebun kopi. Sebagian tenda yang diperuntukkan bagi para undangan dibiarkan terbuka, sehingga para undangan dapat menikmati hidangan sambil memandang rimbunnya pohon-pohon kopi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun