Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Teknik Salibu, "Paket Hemat" Budidaya Padi

13 Juni 2017   13:53 Diperbarui: 13 Juni 2017   14:02 7487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1, Budidaya padi dengan teknik Salibu (Doc. FMT)

Teknologi budidaya padi “Salibu” mungkin masih terdengar asing di telinga petani padi di dataran tinggi Gayo, padahal di daerah lain teknologi sederhana ini sudah banyak diterapkan sebagai alternatif budidaya padi hemat bibit, hemat tenaga dan hemat biaya produksi. Teknik budidaya padi Salibu merupakan terobosan baru untuk memacu dan meningkatkan produktivitas hasil panen padi bagi para petani dan meningkatkan produktifitas nasional. 

Namun dengan teknik budidaya padi Salibu yang sederhana dan tidak rumit ini, terbukti lebih efisien dan murah dibandingkan teknik budidaya padi biasa. Hasil panennya pun berlipat serta dapat dilakukan panen berkali-kali hanya dengan satu kali tanam.

Apa sebenarnya teknik budidaya padi Salibu?

Teknologi budidaya padi Salibu merupakan teknik menaman padi dengan cara memanfaakan rumpun padi sisa panen, karena berdasarkan penelitian, rumpun sisa panen masih bisa menghasilkan tunas baru yang akan membentuk populasi tanaman baru yang bisa berproduksi nyaris sama dengan hasil penanaman awal. Dengan demikian petani hanya cukup sekali menanam bibit padi, dan selanjutnya bisa memanen sampai beberapa kali tanpa harus menanam bibit baru. Salibu sendiri merupakan akronim dari Sekali Tanam Panen Berulang-ulang atau panen berkali-kali.

Caranyapun sebenarnya sangat mudah dan dapat dilakukan oleh siapapun, rumpun padi sisa panen dipotong rapat menggunakan mesin babat rumput dan hanya menyisakan pangkal tanaman setinggi kurang lebih 3,5 cm. Pangkal rumpun tersebut digunakan sebagai penghasil tunas atau anakan yang baru dan di pelihara setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas sebelumnya. 

Selanjutnya dengan stimulant berupa pupuk kandang atau pupuk organik, dalam beberapa hari, tunas baru  akan muncul dari buku ruas pangkal batang yang tersisa didalam tanah. Kemudian tunas ini akan menghasilkan anakan dan akar baru sehingga suplai unsur hara tidak lagi tergantung pada sisa batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi sama halnya seperti padi tanaman yang berasal dari bibit baru, yang kemudian membentuk rumpun baru...

Dengan teknik salibu ini, sisa tanaman lama berupa pangkal batang berfungsi sebagai penganti bibit pada sistem tanam biasa/pindah bibit. Hal inilah yaang menyebabkan pertumbuhan dan produksinya sama atau bahkan bisa lebih tinggi dibanding tanaman pertama (induknya).

Sebelum teknik salibu ini diperkenalkan, para petani di pulau Jawa sudah mengenal teknik Ratun, yaitu sisa tanaman padi sehabis panen dibiarkan tetap berada di lahan sawah tanpa dilakukan pemotongan batang, kemudian diairi kembali. Tunas baru kemudian muncul pada sisa tanaman tersebut, namun bentuknya tidak beraturan dan produktivitasnya juga jauh menurun dari tanaman sebelumnya, karena teknis ratun nyaris tanpa perlakuan apapun.

 Sementara teknik salibu, hanya menggunakan pangkal batang sebagai sumber tunas baru, sehingga tanaman baru hasil pertunasan ini hidupnya serempak dan seragam, begitu juga dengan jajaran tanamnya, akan mengikuti tanaman sebelumnya. Kentungan menggunakan pangkal batang sebagai sumber tunas adalah, jumlah anakan lebih banyak, dan setelah tunas baru muncul, tanaman lama akan mati dan terurai sebagai material organic yang akan diserap tanaman baru sebagai asupan hara.

Tahapan teknik budidaya padi Salibu

Segera setelah tanaman padi dipanen lahan digenangi air setinggi ±5 cm selama 2-3 hari, dan jangan di biarkan dalam kondisi lahan sawah terlalu kering, Setelah sawah di genangi selama 2 – 3 hari kemudian saluran pembuangan air dilepas kembali. Hal tersebut di lakukan bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah dan menghindari agar batang padi yang masih berdiri tidak mati kekeringan.

Sebelum melakukan pemotongan batang padi sisa panen, lakukan pemberian pupuk kandang/pupuk organik pada lahan sawah dengan kebutuhan 1 ton/ha. Pemberian pupuk organik ini bertutuan untuk memperkuat struktur perakaran dan mempertahankan kesuburan pangkal batang, sehingga pada saat pangkal batang dipotong, akan segera memunculkan tunas-tunas baru.

Setelah pupuk mulai diserap tanaman, maka dilakukan pengurangan air pada lahan sawah, kemudian dilakukan pemotongan batang sampai ke pangkalnya, hanya menyisakan sekitar 3,5 cm dari permukaan akar. Dalam beberapa hari,, tunas baru akan mulai terlihat tumbuh pada pangkal batang tersebut. Setelah tunas mulai tumbuh setinggi kurang lebih 5 cm, sawah kembali digenangi air secukupnya, kemudian diberikan pupuk susuran untuk merangsang pemecahan tunas dan penumbuhan tunas baru, sehingga membentuk rumpun-rumpun baru. Pemupukan ini dapat menggunakan pupuk organic yang ditambah dengan sedikit stimulant berupa pupuk kimia yang mengandung unsur NPK (Nitrogen, Phospor dan Kalsium) yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi lahan.

Untuk selanjutnya perlakuan budidaya padi Saliu sama dengan budidaya padi biasa, yaitu mengatur pengairan, melakukan penyiangan, mengendalikan hama dan penyakit tanaman jika terjadi serangan, sampai datangnya waktu panen yang umurnya kurang lebih sama dengan tanaman sebelumnya. Setelah dilakukan panen, maka dapat dilakukan lagi pengulangan teknik salibu pada lahan yang sama, ini dapat dilakukan 3 sampai 5 kali.

Di ujicoba di kecamatan Pegasing, Aceh Tengah

Salah satu tugas dan fungsi penyuluh pertanian adalah memperkenalkan teknologi pertanian baru kepada para petani yang menjadi binaan mereka, termasuk teknologi budidaya padi salibu ini. Seperti yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian yang bertugas di BPP Pegasing, Aceh Tengah ini, berbekal referensi yang didapat dari berbagai literasi, para penyuluh ini mencoba memperkenalkan teknik budidaya salibu kepada patani setempat.

Tidak mudah memang, karena awalnya petani tidak yakin bahwa teknis budidaya padi salibu ini mampu menghasilkan produksi yang nyaris sama dengan budidaya yang menggunakan bibit baru, namun para penyuluh pertanian yang dimotori oleh Masna Manurung ini terus berupaya meyakinkan para petani. Hasilnya, ada beberapa petani yang kemudian merelakan lahan sawahnya untuk ujicoba teknik salibu ini, karena BPP memang tidak memiliki lahan sendiri.

Beruntung, selama ini hubungan interaksi antara penyuluh dan petani di kecamatan ini, berjalan dengan sangat baik, sehingga para penyuluh pertanian ini nyaris tidak mengalami kendala ketika melakukan ujicoba penerapan teknik salibu ini, Bahkan para petani peilik lahan juga cukup antusias untuk melibatkan diri berpartisipasi aktif dalam ujicoba ini, karena sebenarnya para petani pun cukup penasaran dengan teknik baru budidaya padi ini.

Gambar 2, Petani dan penyuluh di kecamatan Pegasing, Aceh Tengah memanen padi hasil budidaya dengan teknik Salibu (Doc. FMT)
Gambar 2, Petani dan penyuluh di kecamatan Pegasing, Aceh Tengah memanen padi hasil budidaya dengan teknik Salibu (Doc. FMT)
Alhamdulillah, ujicoba yang dilakukan oleh para penyuluh pertanian bersama petani di Pegasing ini menunjukkan hasil yang cukup baik. Hari Sabtu (10/6/2017) lalu, merke mulai memanen padi hasil penerapan teknik salibu ini. Para penyuluh terlihat gembira, begitu juga dengan petani yang terlihat sumringah melihat hasil panen padi saliu ini. 

Tanpa harus menyediakan dan menanam bibit baru, ternyata mereka bisa kembali memanen padi di lahan yang sama. Kebetulan lahan ujicoba teknik salibu ini memang menggunakan varietas unggul Inpari 28 yang produktivitasnya di kecamatan ini berkisar 6,5 ton per hektar, dan hasil panen teknik salibu pada lahan yang sama, produktivitasnya juga tidak jauh berbeda dengan hasil panen pertama.

Keberhasilan ini membuat para petani semakin yakin bahwa teknik salibu ini bisa mereka terapkan untuk meningkatkan produksi padi di daerah ini. Dengan biaya produksi yang jauh lebih rendah, tentu saja provit margin yang akan didapat oleh para petani akan jauh lebih tinggi.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tengah, drh. Rahmandi, M Si yang sempat meninjau lahan penanaman budidaya padi teknik salibu ini beberapa hari sebelum panen, juga ikut gembira dan merasa optimis bahwa teknik baru budidaya padi salibu ini bisa menjadi alternative bagi petani untuk meningkatkan produksi padi di daerah ini. Dalam kesempata tersebut, Rahmandi juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada para penyuluh di BPP Pegasing yang terus berupaya memperkenalkan teknologi pertanian baru yang sangat bermanfaat bagi petani.

“Saya tidak menduga sebelunya kalau teknik salibu ini bisa menghasilkan produksi yang hampr sama dengan penanaman yang menggunakan bibit baru, ini sebuah terobosan bagus untuk mendongkrak produksi padi kita” ungkap Rahmandi “ Dalam kesempatan ini, saya juga menyampaikan rasa terima kasih atas kreatifitas dan terobosan yang telah dilakukan oleh teman-teman penyuluh di kecamatan Pegasing ini” pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun