Mohon tunggu...
Masduki Duryat
Masduki Duryat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang praktisi pendidikan, berkepribadian menarik, terbuka dan berwawasan ke depan. Pendidikan menjadi concern saya, di samping tentang keagamaan dan politik kebijakan--khususnya di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam

13 September 2022   05:00 Diperbarui: 13 September 2022   05:05 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam

 

Oleh: Masduki Duryat*)

Sekarang ini kita sedang menghadapi sebuah fase 'ujian' untuk tetap mempertahankan sebagai sebuah bangsa yang berdiri di atas kemajemukan, multikultultural.

Kita bangga bangsa ini berdiri di atas kemajemukan dan lebih bangga lagi sebagai sebuah bangsa kita masih survive, tetap tegak berdiri. Kemajemukan ini dalam dimensi ikatan Bhinneka Tunggal Ika, satu sisi merupakan opportunity tetapi sisi lain merupakan sebuah ancaman.

Salah satu bentuk ancaman dalam berbangsa dan bernegara adalah konflik horizontal, diperlukan sikap moderat dalam beragama dan langkah tepat dalam menanamkan sikap beragama yang moderat adalah melalui pendidikan.

Korelasi Pendidikan (Islam) dengan Sikap Moderat

Pendidikan (Islam) dengan sikap moderat saling berkelindan dengan argumentasi penguatan pemahaman tentang moderasi dan paham keagamaan dalam upaya untuk menanggulangi munculnya pemikiran keagamaan konservatif yang tidak mau menerima realitas keragaman dan perbedaan.

Padahal seperti yang diungkapkan oleh Husein Shahab kebenaran itu bisa didapat dengan dua sisi; kebenaran filosofis dan kebenaran sosiologis.

Secara filosofis, kebenaran yang sbenarnya adalah satu, tunggal dan tidak majemuk---yakni sesuai dengan realitas---tetapi pencapaian kebenaran pada setiap orang bisa berbeda. Dalam konteks agama, semua agama---Yahudi, Nasrani, Islam, Budha, Hindu termasuk aliran kepercayaan---ingin mencapai Realitas Tertinggi (The Ultimate Reality).

Kristen dan Islam menerjemahkan Realitas tertinggi sebagai Allah (dengan pelafalan yang sedikit berbeda), Yahudi sebagai Yehova, demikian juga dengan keyakinan yang lain. Ini berarti bahwa yang dikejar sebagai realitas tertinggi itu sebenarnya adalah yang satu. Itulah kenapa menurut Frithjof Schoun semua agama itu sama dalam alam transendental. Pada alam itu, semua agama mengejar Realitas Tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun