Mohon tunggu...
Masduki Duryat
Masduki Duryat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang praktisi pendidikan, berkepribadian menarik, terbuka dan berwawasan ke depan. Pendidikan menjadi concern saya, di samping tentang keagamaan dan politik kebijakan--khususnya di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merekonstruksi Wacana Agama yang Toleran

6 September 2022   08:26 Diperbarui: 6 September 2022   08:35 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam konteks ini, Komarudin Hidayat mencoba untuk membedakan terma religion untuk menunjuk kata agama, yakni bergeser dari kata kerja menjadi kata benda yang berkonotasi kumpulan doktrin, ajaran serta hukum yang telah baku sebagai kodifikasi perintah Tuhan untuk manusia.

Bagi Komarudin Hidayat yang lebih tepat adalah religiositas yang menekankan dimensi spiritualitas dalam keberagamaannya dan cenderung bersikap apresiatif terhadap nilai-nilai luhur keagamaan, meskipun berada dalam wadah agama lain.

Kebenaran dapat diperoleh dari dua sisi, yaitu kebenaran yang filosofis dan kebenaran sosisologis. Secara filosofis, kebenaran yang sebenarnya adalah satu, tunggal dan tidak majemuk, yakni sesuai dengan realitas. Tetapi pencapaian kebenaran setaip orang berbeda. Dalam konteks agama, semua agama---Yahudi, Kristen, Islam, Budha, Hindu, termasuk aliran kepercayaan---ingin mencapai realitas tertinggi (the ultimate reality). 

Kristen dan Islam, the ultimate realitynya adalah Allah---dengan pelafalan yang sedikit berbeda---Yahudi adalah Yehova, demikian pula dengan keyakinan yang lain.  Ini berarti bahwa yang dikejar sebagai Realitas Tertinggi itu sebenarnya yang satu.

Pada sisi kedua yaitu sosiologis. Ditinjau dari sisi sosiologis, proses pencapaian dan penerjemahan Realitas Tertinggi membuat klaim tentang kebenaran menjadi berbeda. Islam mengatakan bahwa agamanyalah yang paling benar; begitu juga Kristen, Yahudi, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan menyatakan demikian. 

Padahal perbedaan yang terjadi secara hakiki bukan terletak pada Realitas tertinggi. Di sinilah mulai timbul konflik kebenaran, baik ekstra-agama maupun intra-agama. 

Dalam al-Quran terdapat tuntunan yang banyak membicarakan Realitas Tertinggi yang menunjukkan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima kebenaran selainnya. Namun di sisi lain (sosiologis), ia juga sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum dinukum wa liy al-din). Di samping itu, para pemikir Muslim cenderung moderat dan sangat toleran.

Dalam bahasa lain yang sedang trend saat ini ada yang menyebutnya dengan wasatiyyah.  Konsep wasatiyyah inheren (menyatu dan melekat dan sifat atau watak yang tidak dapat dipisahkan) dalam ajaran Islam. 

Wasatiyyah yang dalam bahasa Arab berasal dari kata 'wasat' berarti penengah, perantara, yang berada di posisi tengah, pusat, jantung, mengambil jalan tengah atau cara yang bijak atau utama, indah dan terbaik, bersifat 'tengah' dalam pandangan, berbuat adil.

Dalam kajian Islam akademik, 'Wasatiyyat Islam', sering diterjemahkan sebagai 'justly-balanced Islam', 'the middle path' atau 'the middle way' Islam dan Islam sebagai mediating and balancing power untuk memainkan peran mediasi dan pengimbang. Istilah-istilah ini menunjukkan pentingnya keadilan dan keseimbangan serta jalan tengah dalam Islam untuk tidak terjebak pada ekstremitas.  

Selama ini konsep Wasatiyyat Islam dipahami, merefleksikan prinsip tawassut (tengah), tasamuh, tawazun (seimbang), i`tidal (adil), iqtisad (sederhana).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun