Mohon tunggu...
Masduki Duryat
Masduki Duryat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang praktisi pendidikan, berkepribadian menarik, terbuka dan berwawasan ke depan. Pendidikan menjadi concern saya, di samping tentang keagamaan dan politik kebijakan--khususnya di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Partai Politik: Fenomena Kegagalan Kaderisasi

2 September 2022   10:50 Diperbarui: 2 September 2022   11:03 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sehingga John Locke menjelaskan: Kepemimpinan mencakup tiga elemen berikut: Pertama, kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational of concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan para pengikut mereka (hablum minan nas). Kedua, Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner "kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas". Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin. Ketiga, kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan.

Kepemimpinan juga selalu berkelindan dengan persoalan politik. Sebutan politik dalam kepemimpinan politik menunjukkan kepemimpinan berlangsung dalam suprastruktur politik (lembaga-lembaga pemerintahan), dan yang berlangsung dalam infrastruktur politik (partai politik dan organisasi kemasyarakatan).

Kepemimpinan politik ini dalam bahasa Ridho Imawan Hanafi dapat dipahami dalam tiga perspektif: Pertama, kepemimpinan sebagai pola perilaku; Kedua, kepemimpinan sebagai kualitas personal; Ketiga, kepemimpinan sebagai nilai politik. Sebagai pola perilaku, kepemimpinan terkait sekali dengan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mengupayakan tujuan yang diharapkan. Kata kuncinya adalah mempengaruhi. Sebagai kualitas personal, kepemimpinan berkaitan dengan charisma. Sedangkan sebagai nilai politik, kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan untuk menggerakkan orang lain dengan otoritas moral atau pandangan ideologis.


Efektifitas Kepemimpinan

Tetapi kepemimpinan politik ataupun kepemimpinan lainnya selalu berimplikasi pada pertanggungjawaban. Oleh karena kepemimpinan harus dijalankan seefektif mungkin. Kesuksesan dan keefektifan seorang pemimpin akan selalu dipengaruhi oleh 4 (empat) komponen; yaitu influencer yang ada pada diri pemimpin (leader), influencer yang ada pada diri bawahan (follower), cara atau teknik mempengaruhi (influence the behavior) dan situasi (situation or environment).

Keempat komponen ini akan menentukan bagaimana keefektifan seorang pemimpin. Karena bisa terjadi seorang pemimpin dapat sukses tetapi belum tentu efektif dalam kepemimpinannya.  Sementara yang diinginkan dan dituntut   oleh organisasi atau kelompok adalah bagaimana menghadirkan seorang pemimpin yang sukses dan efektif untuk dapat mempengaruhi orang lain sehingga tidak terjadi conflicting the objective, tetapi juga bagaimana bisa efektif dalam kepemimpinannya sehingga tercipta tujuan organisasi yang  dapat  menumbuhkan mutuality of interest.  

 

Maka mengapa berlaku: "Get the right man in the leadership job, and all your problem will be solved". Untuk itulah kepemimpinan atau leadership bagi Warsito dimaknai sebagai: Leadership is the process whereby one person influences other members towards a goal". Atau secara lebih lengkap sebagai: "it is interpersonal influence, exercised in a situation and directed, hrough the comumunication process toward the attainment of a specified goal or goals."

Dalam real life  system, pemimpin  suatu  organisasi  termasuk  partai politik  memiliki  kecenderungan  berperilaku dinamis, melakukan  perubahan, perkembangan dan inovasi dalam berkonsentrasi sesuai dengan tuntutan dan dinamika masyarakat. Dalam jargon perubahan gaya kepemimpinan sering ditemukan tantangan apalagi dunia politik semakin hari makin kompetitif dalam tataran kompleksitas.

Pranata masyarakat yang semakin kompleks chaos, bahkan disorder arus komunikasi, informasi, dan dunia kerja semakin kompetitif yang oleh Rhenald Kasali disebutnya disruption, menghadapi lawan-lawan tak kelihatan pemenangnya adalah orang-orang yang mempersiapkan diri termasuk para pemimpinnya dengan serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun