Mohon tunggu...
Masduki Duryat
Masduki Duryat Mohon Tunggu... Dosen - Dosen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saya seorang praktisi pendidikan, berkepribadian menarik, terbuka dan berwawasan ke depan. Pendidikan menjadi concern saya, di samping tentang keagamaan dan politik kebijakan--khususnya di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemimpin Itu Melayani

31 Agustus 2022   21:11 Diperbarui: 31 Agustus 2022   21:21 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Artinya, ada seseorang jabatan formalnya tinggi, tetapi ia bukan pemimpin. Ia berada dalam bayang-bayang sosok lain yang lebih berpengaruh dari dirinya, yang mendiktekan kebijakan-kebijakan strategis kepadanya.

Kepemimpinan itu pengaruh, kata Sanborn lebih lanjut. Untuk mengembangkan pengaruh, pemimpin tidak harus memiliki jabatan---formal. Pesan McGannon, leadership is action not position. Pesannya sangat ideal, bukannya posisi tidak penting, tetapi kepemimpinan lebih banyak berurusan dengan tindakan.

Dalam konteks demikian, seringkali kita menemukan pemimpin yang hanya mampu menarasikan janji-janji manis kepada masyarakat tanpa bukti, kepemimpinan yang tidak efektif.

 

Krisis Kepemimpinan

Klaim kejelasan, kebenaran, kejujuran dan ketepatan sebagai instrumen komunikasi bukan manipulasi ada pada kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan yang melayani.

Pemimpin itu hakikatnya melayani, bukan dilayani. Pelayan dari mereka yang memilih atau yang tidak memilihnya.

Ia pelayan bagi masyarakatnya, tanpa pandang bulu. Konsep melayani---to servant---tidak lebih mulia ketimbang dilayani.

Karenanya, menjadi pemimpin itu tidak boleh sombong, arogan. Kata Nabi dalam sebuah perjalanan, 'pemimpin sekelompok orang adalah pelayan mereka'.

Kritik Burn menarik untuk direnungkan,  kalau kita sepakat adanya krisis kepemimpinan. Hal itu terjadi karena tidak adanya pemimpin yang menonjol---mediocrity---biasa-biasa saja.  Tidak menunjukkan kapasitas intelektual yang memadai, sehingga kita sering menemukan banyak pemimpin tanpa kepemimpinan, kekuasaan tanpa kuasa.

Yasraf Amir Pilialang kemudian memperjelas, kekuasaan tanpa kuasa merupakan sebuah ironi karena ia seperti kata tanpa makna, atau bahkan konsep tanpa realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun