Bulan Ramadan adalah waktu yang istimewa bagi seluruh umat Muslim, termasuk anak-anak yang mulai belajar dan mencoba menjalankan ibadah puasa.
Bagi sebagian anak, berpuasa bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan membanggakan karena mereka merasa sudah mampu melakukan ibadah seperti orang dewasa.
Namun, di sisi lain, perubahan rutinitas, rasa lapar dan haus, serta mungkin juga perubahan suasana hati orang dewasa di sekitarnya, bisa memberikan dampak pada kesehatan mental anak.
Sebagai orang tua, kita memegang peranan yang sangat penting dalam memastikan anak-anak kita tidak hanya kuat secara fisik dalam menjalankan ibadah puasa, tetapi juga sehat secara mental dan emosional.
Dukungan dan pemahaman dari orang tua akan membantu anak-anak melewati bulan Ramadan dengan lebih positif, tanpa merasa tertekan atau cemas.
Lantas, apa saja peran yang bisa kita lakukan sebagai orang tua untuk mendukung kesehatan mental anak saat berpuasa?
Yuk, kita simak tiga peran utama yang perlu kita perhatikan!
1. Menjadi Pendengar yang Empatik dan Komunikator yang Efektif
Peran pertama yang sangat krusial adalah menjadi pendengar yang empatik dan komunikator yang efektif bagi anak-anak kita.
Saat anak-anak mulai berpuasa, mereka mungkin akan menghadapi berbagai macam perasaan dan pertanyaan.