Mohon tunggu...
semutmerah
semutmerah Mohon Tunggu... Psikolog - Bukan untuk dikritisi, tapi untuk direfleksikan

Serius tapi Santai | Psychedelic/Progressive/Experimental | Memayu Hayuning Bawana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malahayati

10 Mei 2021   11:45 Diperbarui: 10 Mei 2021   12:12 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Apakah makan harus ada mood dulu? Atau harus ada mas dulu disana, baru moodnya ada? Hahahahaha." Aku coba menghiburnya.

"Gausah ge-er kamu, Mas. Gausah sok asik, deh. Dari tadi ngetawain mulu." Jawabnya dengan nada yang masih merajuk. Aku mendadak terbahak-bahak, kiri-kanan ku pun sontak melayangkan pandangan padaku. Ya, begitulah keadaan didalam kereta; tegang, kaku, tidak cair, seakan-akan setiap waktu adalah ketegangan sehingga momen istirahat dalam kereta pun harus tegang.

Mala, perempuan yang terkadang serius tapi juga terkadang pemanja; ia tidak mudah ditaklukan hati maupun pikirannya, namun saat ia sudah nyaman justru ia tidak ingin kehilangan kenyamanan itu, sekalipun itu berupa kabar. Butuh berbulan-bulan untuk menaklukan diri dan hatinya, hingga suatu hari ia nyaman dan mengeluh karena aku tidak lagi 'mengganggu hari-harinya', dan karena 'gangguan yang nyaman' itu kami pun 'saling mengganggu kenyamanan'.

Mala, satu sosok yang utuh; matanya, hidungnya, rambutnya, bibirnya, rambutnya, senyumnya, marahnya, egonya, emosinya, manjanya, sedihnya, keceriaanya, kesedihannya, dan semua yang ada pada dirinya, itu semua adalah Mala, dan Mala adalah itu semua, dan aku sebagai yang ada didalam benaknya juga harus menerima itu semua sebagai sebuah warna-warni Mala. Tidak, aku tidak bicara tentang tubuhnya apalagi fisiknya. Tidak. Aku berbicara tentang Mala dan apa-apa saja yang menjadi bagian dari Mala. Karena bagiku, jika kamu ingin memiliki hati seseorang kamu harus siap dengan fisiknya, jika kamu ingin fisiknya kamu juga harus siap dengan hatinya.

"Jika anggun tapi hatinya jahat, terima dan poleslah. Jika tidak anggun tapi hatinya baik, terima dan sinarkanlah ketidakanggunannya. Jadilah pohon yang menyerap karbondioksida lalu mengubahnya menjadi oksigen bagi alam semesta."

***

Laju kereta menuju Stasiun Jatinegara. Gerbong sedikit lengang, karena ternyata semua yang turun di Manggarai adalah para pejuang keluarga; mencari uang untuk anak dan suami atau istri dan mungkin juga untuk ayah dan ibunya, sebuah bentuk sikap atas cinta kasih terhadap apa yang dicintainya, keluarga. Tidak melulu yang harus bekerja adalah laki-laki, bisa saja perempuan bekerja untuk membantu suaminya dengan alasan 'kita sama-sama saling membahu untuk keluarga kita'. Tidak salah juga jika laki-laki mewanti-wanti sang kekasih untuk tidak bekerja, mungkin sang kekasih terlalu berarti baginya atau terlalu bermakna atau mungkin sangat terlalu cintanya sehingga ia tak ingin sang kekasih terluka dan tersakiti oleh dunia pekerjaan. Ya, perempuan punya 1000 alasan untuk menolak kasih sayang pasangannya, dan laki-laki punya 1001 pemahaman untuk menjaga dan melindungi kekasihnya.

"Uhuk, uhuk. Mas uda mau sampe rumah nih. Kamu uda makan kan, La?" tanyaku kembali lewat pesan teks di handphone.

"Udah, Mas. Syukur deh kalo kamu uda mau sampe. Penuh ga keretanya, Mas?"

"Penuh banget, La. Penuh cewek semua. Kok bisa gitu ya?"

"Dempet-dempetan dong sama mereka? Enak ga, Mas?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun