Mohon tunggu...
Masbagus Mughis M.H
Masbagus Mughis M.H Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bachelor of Psychology, University of Muhammadiyah Malang

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menyikapi Kebijakan Pemerintah terkait Perkuliahan Secara Daring

19 Mei 2021   23:29 Diperbarui: 8 Juli 2021   01:00 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mewabahnya COVID-19

Mewabahnya Coronavirus Disease (COVID-19) menjadi sebuah permasalahan yang terjadi di berbagai negara sehingga membuat Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global pada tanggal 9 Maret 2020. Penyebaran virus COVID-19 menuntut adanya adaptasi masyarakat dalam upaya pencegahan penularan virus seperti memakai masker, mencuci tangan, physical distancing, dan lockdown. 

Di Indonesia, banyak sektor yang terdampak sebagai akibat dari mewabahnya virus ini, salah satunya sektor pendidikan. Pemerintah Indonesia dituntut untuk mengeluarkan kebijakan terkait kegiatan belajar mengajar yang aman demi menghindari penyebaran virus COVID-19. Oleh karena itu, pemerintah mengubah sistem pembelajaran luring menjadi daring. Kebijakan tersebut berlaku bagi para pelajar Indonesia di semua jenjang pendidikan tanpa terkecuali mahasiswa.

Rasa Lelah Berkuliah Secara Daring

Di tingkat perguruan tinggi, perkuliahan secara daring menimbulkan pro dan kontra di kalangan mahasiswa. Mereka yang pro merasa bahwa kebijakan ini sudah tepat, mengingat persebaran virus COVID-19 sulit terdeteksi sehingga akan lebih baik jika perkuliahan dilaksanakan secara daring untuk mencegah penularan virus. Sedangkan mereka yang kontra beralasan bahwa tidak semua hal dalam dunia perkuliahan dapat dilakukan secara daring, terutama bagi mereka yang harus melakukan praktikum, Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan bimbingan skripsi. Selain itu, mereka yang kontra juga merasa bahwa tidak semua mahasiwa mampu membeli kuota internet untuk berkuliah karena perekonomian keluarga yang kurang mencukupi dan ada juga mahasiswa di beberapa daerah yang kesulitan mencari sinyal.

Pro dan kontra di kalangan mahasiswa telah diatasi pemerintah dengan memberikan kelonggaran bagi para mahasiswa yang harus melakukan praktikum, Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan bimbingan skripsi untuk datang ke kampus dan mengurus keperluannya. Di samping itu, pemerintah juga memberikan bantuan kuota internet kepada seluruh pelajar Indonesia. Namun, realita yang terjadi saat ini adalah perkuliahan tetap dilaksanakan secara daring sesuai dengan kebijakan pemerintah. Hal ini tentu saja berdampak pada psikologis mahasiswa terutama emosinya karena setiap hari mereka harus berhadapan dengan laptop atau smartphone untuk melaksanakan perkuliahan.

Dalam menjalankan perkuliahan di masa pandemi saat ini, para mahasiswa menjadi lebih emosional. Selain karena perkuliahan secara daring yang melelahkan, mahasiswa juga merupakan ujung tombak bangsa yang diharapkan dapat menjadi generasi utama pewaris perjuangan bangsa sehingga mereka merasa mempunyai tanggungan beban peran yang sangat besar.

Hampir sebagian besar mahasiswa mengeluhkan sistem perkuliahan secara daring karena mereka merasa lelah jika harus duduk di depan laptop atau smartphone setiap hari sehingga kesulitan menyerap materi perkuliahan. Selain itu, mereka sering kali merasa kesal hati karena diberikan banyak tugas oleh para dosen mata kuliah dalam satu waktu sehingga tugas menumpuk dan menyita waktu untuk menyelesaikannya.

Penjelasan Emosi Secara Biopsikologi

Jika kita lihat secara garis besar, keluhan-keluhan para mahasiswa merujuk kepada keadaan emosional seseorang. Sebenarnya apa itu emosi? Bagaimana emosi terjadi? Mengapa kita bisa mengalami emosi?

Pada dasarnya, emosi adalah dorongan untuk bertindak. Jadi, berbagai macam emosi itu mendorong seseorang untuk bertingkah laku terhadap situasi yang ada. Emosi juga tidak selalu diartikan sebagai sesuatu yang negatif. Menurut Daniel Goleman (1997) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Goleman juga mengelompokkan macam-macam emosi ke dalam delapan bagian, yaitu amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan malu. Pernyataan Daniel Goleman sejalan dengan hal-hal yang dikeluhkan oleh para mahasiswa, kebanyakan dari mereka mengalami emosi amarah, yaitu kelelahan dan rasa kesal hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun