Mohon tunggu...
Masa Ulina
Masa Ulina Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog di Bandung

alumni Fakultas Psikologi di Universitas Kristen Maranatha Bandung

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seni Merawat Orangtua Lansia agar Ikhlas dan Bebas Stres

8 Februari 2023   14:47 Diperbarui: 9 Februari 2023   22:20 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merawat lansia (Sumber: DragonImages via kompas.com)

PENDAHULUAN  

Pada umumnya dalam budaya Indonesia lansia dirawat oleh anggota keluarganya, antara lain, anak bahkan cucu. Kadangkala untuk merawat lansia menggunakan jasa perawat khusus lansia. Namun tetap saja anggota keluarga, anak, cucu yang memiliki perhatian lebih besar kepada orangtua mereka. 

Berbagai situasi dan kondisi yang mungkin terjadi saat merawat lansia. Merawat orangtua dalam agama juga mendatangkan pahala bagi anak dan cucu.

Rata-rata masyarakat Indonesia berpandangan bahwa bantuan/dukungan sebagai anak kepada orangtua mereka adalah dengan merawat orangtua yang sudah lansia agar tinggal bersama-sama dengan mereka. Hal ini berkaitan dengan budaya Indonesia dimana budaya extended family masih dilakukan. Hal ini memungkinkan lansia untuk tinggal bersama keluarga (anak, menantu, cucu dan anggota keluarga lain).  

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Laubunjong (2018) menunjukkan bahwa sebagian besar lansia menginginkan dirawat oleh anak perempuannya. Lansia mengharapkan mendapat perawatan, dukungan finasial dan pelayanan kesehatan oleh anak perempuan mereka.

Suka Duka Merawat Lansia 

Anak sebagai caregiver family umumnya masih dalam periode rentang usia sekitar 40 tahun, dimana anak sebagai caregiver masih dalam kondisi memiliki keluarga sendiri dan ada juga masih bekerja. Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri manakala harus merawat lansia.   

Salah satu contoh keadaan yang lain seperti sifat pelupa lansia, dapat menimbulkan prasangka diantara anak, ketika ada anak lain yang mengunjungi, bercerita ia belum diberi makan (padahal baru saja ia selesai diberi makan).

Bern (2004) mengungkapkan bahwa keluarga memiliki peran sebagai sumber dukungan maupun pemeliharaan emosi anggota keluarga sehingga membuat anggota keluarga merasa bahagia, sehat dan aman. 

Efektivitas dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga menjadi salah satu faktor kunci dalam mendukung kesejahteraan hidup para lansia, mengingat dukungan sosio-emosi berkaitan erat dengan peningkatan kesejahteraan fisik dan mental lansia (Jatie dkk,2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun