Mohon tunggu...
Mas Nanang
Mas Nanang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

seorang ayah yg sederhana, kadang-kadang menjadi penulis lepas (kendali)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Revolusi Dari Desa, Kekayaan Bupati Malinau Yang Sesungguhnya

30 November 2014   12:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum orang bisa benar-benar disebut kaya, adalah bila telah memiliki dua kekayaan. Yaitu kekayaan lahir dan kekayaan batin. Kekayaan lahir sering dihubungkan dengan semua hal yang bersifat materi, sedangkan kekayaan batin diidentikkan dengan kepemilikan kekuatan rohani, ilmu pengetahuan, kematangan berperilaku dan semacamnya.

Adalah seorang Kepala Daerah di Malinau Propinsi Kalimantan Utara,  DR. Yansen TP., M.Si yang hidupnya diliputi kegelisahan, karena tidak pernah merasa kaya. Gelar akademik, jabatan sebagai Camat 3 kali di 3 daerah yang berbeda, Sekretaris Daerah hingga Bupati tidak cukup membuatnya merasa kaya. Memang semangat tetap bergelora, tapi kegundahan di  hatinya juga semakin membara. Kegundahan setelah "meneliti ke dalam"  bahwa kerja kerasnya sebagai aparat pemerintah yang sering diharapkan oleh  masyarakat seharusnya bisa menjadi pelopor pembangunan,  meskipun sudah  sesuai dengan "petunjuk"  tapi seakan-akan tidak pernah ada hasilnya. Dan kegelisahan setelah "melihat keluar"  (yang metodenya itu-itu juga) ternyata hasilnya memang tidak jauh berbeda. Jadi sesungguhnya apa yang salah?

Berangkat dari perenungan dan kajian yang mendalam serta belajar dari pengalaman, tibalah saatnya menggugat konsep pembangunan. Bagaimana memahami persoalan mendasar yang dihadapi rakyatnya, apa yang bisa dilakukan dengan sumber daya alam yang melimpah, bagaimana strategi yang harus diterapkan agar  masyarakat ikut aktif mengambil peran dalam pembanguan sehingga pemerintah daerah dan jajarannya tidak merasa "sendirian".

Semua itu dituangkan oleh Bupati Yansen dalam sebuah buku karyanya berjudul "Revolusi dari Desa, Saatnya Dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya Kepada Rakyat".  Mengapa desa yang dipilih? Banyaknya orang desa yang menjadi TKI atau TKW dan tradisi mudik menjadi contoh sederhana, bahwa desa semakin tidak menarik bahkan bagi penduduknya sendiri. Mengapa rakyat harus dipercaya? Karena hanya dengan cara itulah, rakyat bisa diharapkan untuk bersungguh-sungguh ikut berperan serta dalam pembangunan.

Banyak hal menarik bisa anda baca. Namun demikian menurut saya,  yang menjadi nyawa dari buku ini adalah pada Bab III tentang GERDEMA (Gerakan Desa Membangun).  Sebuah konsep pembangunan di mana desa menjadi titik perhatian sekaligus  tempat gerakan, dan rakyat ikut menjadi pelaksana bahkan pengawas (melalui Badan Permusyawaratan Desa).  Bupati Yansen menyadari sepenuhnya bahwa rakyat lebih tahu pembangunan apa yang dibutuhkan oleh desanya. Rakyat yang mengusulkan di dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa agar pemetaan potensi dan permasalahan desa menjadi lebih akurat dan hasil pembangunan benar-benar menyentuh kebutuhan masyarakat.

Kepercayaan Pemerintah Daerah kepada Rakyat dan Desa, juga dibuktikan dengan Pembinaan dan Pendampingan untuk Aparatur Pemerintahan Desa berikut penyediaan dana untuk dikelola oleh desa sebesar 1,2 milyar/tahun/desa. Tidak ketinggalan SKPD beserta swasta juga berperan mengadakan pelatihan untuk rakyat dengan berbagai ketrampilan. Hingga saat ini sudah ada 31 urusan yang diserahkan kewenangannya kepada Pemerintahan Desa.

Apakah hanya itu yang dilakukan?  Lalu sudahkah ada hasilnya? Bagi anda yang suka berpikir positif, anda layak membaca buku ini. Ada banyak metode, strategi, data dan fakta terperinci yang bisa ditelusuri. Setelah itu, saya rasa anda akan mengatakan bahwa isi buku  "Revolusi Dari Desa"  inilah kekayaan Bupati Malinau yang sesungguhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun