Mohon tunggu...
Mas Awan
Mas Awan Mohon Tunggu... Bankir - Mas Awan

Lahir dari keluarga sederhana di sebuah kota cantik bernama Purworejo, membawa pesan singkat tentang indahnya dunia, Inilah saya Mas Awan. Seorang bankir, pecinta sejarah, dan tentunya seorang ayah yang baik buat keluarganya 😊😊😊

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Taubat, Obat Malapetaka

29 Desember 2018   13:41 Diperbarui: 29 Desember 2018   14:25 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bayangkan saja, jika sepertiga dari ratusan gunung berapi di Indonesia meletus dalam waktu bersamaan. Dapat dipastikan separuh dari pulau Jawa akan terendam air, Pulau Sumatera hanya menyisakan Kepulauan Riau, Kalimantan dan Sulawesi musnah, Pulau Papua lenyap. Belum selesai sampai di situ, Indonesia yang diciptakan berada di jalur cincin api, rawan terhadap gempa dan tsunami. Menurut ahli Geologi asal California, Steven Admule, Indonesia mengalami gempa 256 kali dalam sejam, memang skalanya kecil dan tidak terasa, tapi jika diakumulasi secara pasti, kekuatannya semakin hari semakin besar.

Dari peristiwa ini, dapat kita ambil kesimpulan bahwa, warga dan penduduk Indonesia berada dalam zona bahaya yang sangat kompleks. Setiap waktu kita dalam  bayang-bayang malapetaka dan marabahaya. Bahkan kejadian demi kejadian tidak dapat kita prediksi secara pasti kapan musibah akan datang. Dalam waktu sekejap, luapan air laut menghantam kita, letusan gunung menerjang tanpa permisi terlebih dahulu. Yang pasti, kita sebagai umat manusia harus memahami arti kehidupan ini. Untuk apa dan untuk siapa kita hidup. Perjalanan panjang seorang manusia akan berakhir pada titiknya masing-masing. Bahkan, tak seorangpun tahu. Begitu juga dengan negeri ini.

Manusia dalam perspektif agama, memiliki perlindungan ganda dalam mentolerir bahaya dan musibah, salah satunya adalah dengan melakukan pertaubatan dengan sepenuh hati, serta datang dari hati. Taubat adalah persembahan untuk Tuhan Sang Pencipta Alam. Datang melalui pertimbagnan hati dan berwujud ungkapan pasrah dalam segala hal, terutama penghisaban nyawa. Manusia hidup akan melewati beberapa proses dan tahapan, entah itu bahagia ataupun kesedihan.

Akhir-akhir ini beredar peringatan dan himbauan dari beberapa kepala daerah, bahwa pada malam tahun baru ini kita tidak boleh melalukan prosesi pergantian tahun secara berlebihan dan terkesan hura-hura. Ada benarnya juga, saat ini bangsa Indonesia tengah dilanda musibah bencana yang mengakibatkan korban materi dan jiwa. Istigotshah dan perenungan diri merupakan sarana untuk mendapatkan kasih dari Ilahi, berpasrahlah kepada Tuhan, serahkanlah diri ini kepada Tuhan, datang dan saksikan secara pasti, kapan nafas akan berhenti dan bertaubatlah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun