Mohon tunggu...
marzani anwar
marzani anwar Mohon Tunggu... -

Peneliti Utama at Balai Litbang Agama Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembohongan Publik Cara Eden ( Bagian 1)

25 Agustus 2015   17:46 Diperbarui: 25 Agustus 2015   17:58 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh

Marzani Anwar

Komunitas Eden adalah sebuah perkumpulan keagamaan berciri messiah. Ideologi messiah adalah mendasarkan pada kepercayaan adanya seorang yang menjadi juru selamat di akir zaman. Istilah messianic juga biasa digunakan untuk menjelaskan tentang sebuah gerakan yang membawa nama Al Masih, putra Maryam yang dipercayai akan lahir kembali dan memberi peringatan kepada umat manusia. Keyakinan akan adanya kebangkitan kembali, itu ada pada kalangan umat Islam dan pada umat Nasrani.

Sudah terlalu banyak orang mengaku sebagai juru selamat akhir zaman. Lia Aminuddin adalah salah satunya, yang sejak awal mengaku dirinya sebagai reinkarnasi Bunda Maria, yang kemudian menegaskannya sebagai ruhul kudus . Dengan keyakinannya memperoleh wahyu dari Tuhan, memiliki cita-cita untuk menciptakan “zaman sempurna”. Dalam pandangannya, zaman ini adalah zaman yang sudah rusak, dan “tiadalah Allah menurunkan sebuah takdir kerasulan di akhir zaman”, katanya, ” bila bukan karena dosa-dosa umat manusia telah melampaui batas. Dan tiada seorang pun yang dapat mengubah keadaan ini sebaik Allah sendiri yang berkehendak mengubah-Nya”.

Bunda Lia, demikian sering dipanggil oleh pengikutnya, nukan saja diyakini sebagai ruhul kudus, tetapi juga mengklaim memiliki kewenangan untuk menghakimi umat manusia. Bahwa mereka yang berbuat dosa dan berbuat kerusakan akan dihakimi olehnya, dalam rangka penyucian. Sebagai ruhul kudus juga, ia menubuatkan keadaan umat manusia di wilayah tertentu, sebagai cara tuhan untuk menyucikaan kelompok manusia bersangkutan.
Mengikuti kepercyaan Lia Eden sebagai ruhul kudus, berlanjut dengan klaim bahwa ia adalah pemegang kekuasaan yang dipercaya memperoleh kewenangan menghakimi umat manusia yang berdosa. Dengan kewenangannya itu, kekuasaan Lia seperti membayangi kekuasaan Tuhan. Ia menegaskan, bahwa salah satu tugas sebagi ruhul kudus, adalah menghakimi masyarakat. Takdir kerasulan, demikian komunitas eden biasa menyebutnya, meyakini bahwa Lia memiliki kekuasaan penuh, untuk bertindak dan berpesan kepada dunia, atas nama tuhan.

Atas nama “penghakiman eden”, setiap musibah ditarik ke ranah hukum “sebab-akibat”. Bahwa segala kejadian yang buruk, yang menimpa para penentangnya, dipandang sebagai hukuman Tuhan. Sebaliknya, segala sesuatu yang baik atau kebaikan yang ada di eden, diklaim sebagai bagian dari kemurahan tuhan kepada mereka karena mengikuti jalan kebenaran.

Komunitas Eden, tampak terlalu asyik dengan dirinya sendiri. Ada egoisme kelompok di di sana. Mereka sibuk “menghitung-hitung” setiap kejadian yang menyentuh kepentingannya. Sibuk bermanuver tentang tulah-tulah penentangan terhadap dirinya. Sampai juga mengkat masalah terjadinya perang Israel dengan Palestina, di mana pihak Palestina paling sering mengalami kekalahan. Lia bukannya simpati dengan perjuangan rakyat Palestina. Tapi bermanuver, “sekarang ini, tuhan sedang memakai Israel untuk alat menghancurkan Islam”. Jadi, selalu ada saja fakta yang dijadikan pmbenaran risalah penghakiman Eden, seperti itu. Dalam konteks seperti ini, menjadi salah satu bukti, bahwa klaim Lia sebagai pendamping malaikat Jibril, hanyalah tipu-tipu. Sebab, tidak mungkin sang malaikat, yang demikian sakral dan suci itu, ikut-ikutan berpikir negatif (negative thinking), dengan tendensi memojokkan agama Islam.
Ketika bencana menimpa di suatu daerah, entah berupa banjir, gempa bumi, atau tanah longsor, komunitas ini bukannya terketuk rasa kemanusiaannya, untuk kemudian membantu para korban. Bukan pula berupaya menghimpun dana untuk menyantuni mereka. Tetapi justru bermanuver, dengan pernyataan-pernyataan bahwa bencana-bencana itu merupakan tulah atas kesalahan bangsa Indonesia, karena mengingkari kerasulan Lia Eden.

Lia eden juga yang menyatakan bahwa bencana lumpur Sidoarjo, yang telah menenggelamkan ribuan rumah penduduk, merusak infrastruktur wilayah tersebut, tidak bisa diatasi dengan teknologi apapun. Itu merupakan bagian dari kemurkaaan Tuhan karena perlakuan bangsa Indonesia terhadap utusan Tuhan. Maksudnya adalah terjadinya pengadilan atas diri Lia Eden dan Abdul Rachman di Peradilan Negeri Jakarta Pusat, atas tuduhan penodaan agama beberapa tahun yang lalu.

Sejak awal mengikrarkan diri sebagai ruhul kudus memang, sekaligus ia menempatkan diri sebagai ”hakim umat manusia”. Dia memandang bahwa musibah-musibah yang besar, yang terjadi di Indonesia, merupakan penghakimannya, karena pengingkaran terhadap kerasulan tersebut. Padahal seperti diketahui, bahwa musibah-musibah itu terjadi, semata-mata adalah atas kehendak Allah. Benar ada juga karena kerusakan akibat perbuatan manusia, tapi eksekusi musibah itu adalah di Tangan Allah. Sebagaimana tertuang dalam ayat al Qur’an S. al Maidah/5: 49. ” ... sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka”. Di ayat itu jelas menyatakan, bahwa kejadian luar biasa yang berupa musibah itu bukan kehendak manusia, tetapi Allah punya Kehendak. Karena memang tidak ada kewenangan manusia untuk menentukan kehendak seperti itu. Seorang Rasul Allah sekalipun, tidak ada kewenangan untuk menimpakan suatu musibah. Tidak pula berkewenangan menghakimi manusia. Seperti dicontohkan, pada waktu umat nabi Nuh a.s, tidak mentaati Nuh, kemudian datang musibah, tidak berarti Nabi Nuh a.s. yang mendatangkan musibah banjir itu, tetapi musibah banjir itu datang atas kehendak-Nya.

Namun dalam pandangan Lia eden, ia berkewenangan menghakimi manusia, kemudian menimpakan musibah-musibah itu. Terutama yang disebabkan umat tidak mau mendengarkan ajakannya, tidak mau mengakui kerasulannya. Menurutnya, umat Islam sekarang ini di mata Allah sudah tidak lagi mencerminkan sebagai pengamal agama yang benar, karena mengabaikan kerasulannya Lia eden. Klaim-klaim itu biasa dijustifikasi dengan adanya peristiwa musibah yang sebenarnya sudah lewat waktunya dari keluarnya pernyataan eden. Dengan kata lain, klaim bahwa ia bisa menghakimi umat manusia itu, hanya akal-akalan untuk menjadikan dirinya sebagai sang peneyelamat akhir zaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun