Pun ketika yang terbaru, yaitu revitalisasi Monas yang mau tidak mau mengangkat sementara pohon di sisi selatan yang nantinya sebagian akan dipindahkan ke sebelah barat daya, disebut-sebut sebagai penyebab banjir di kawasan Monas dan sekitarnya. Pihak oposisi Anies pun beramai-ramai mengkritik kebijakannya.
Tapi entah mengapa, semakin dijatuhkan, pamor Anies Baswedan justru semakin melejit. Jawaban-jawaban cantiknya terhadap setiap kritikan yang datang membius siapapun yang mendengar. Dengan komitmen dan konsistensi itulah Anies memukul balik lawan-lawannya.
Seperti saat ditanya apa yang salah dari banjir besar Jakarta awal tahun lalu. Alih-alih menunjuk apa dan siapa, Anies tegas menjawab dirinya lah yang bertanggungjawab. Hal ini sontak membuat publik membanding-bandingkan Anies dengan para gubernur pendahulunya ketika dicecar dengan pertanyaan yang sama setiap banjir melanda.
Pun ketika Formula E dikabarkan tidak jadi dihelat di monas, Anies mengaku tidak masalah.
Agaknya, buzzer oposisi Anies Baswedan harus evaluasi sistem kerja, karena saat ini masyarakat sudah pintar. Tidak bisa lagi menggiring opini publik hanya dengan berbagai macam hashtag sarkasme seperti #gubernurterbodoh yang sempat trending hari ini ataupun yang lainnya.
Seharusnya sebagai orang dewasa para politikus "atasan" buzzer itu pun mengerti, bahwa cara terbaik untuk terlihat tinggi adalah dengan terus mendaki dengan karya, bukan malah menjatuhkan lawan ke bawah.
