Mohon tunggu...
Maryam Dzikrul Muwahidah
Maryam Dzikrul Muwahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai sastra dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budaya Patriarki dalam Film Yuni (2021)

5 Juni 2022   15:13 Diperbarui: 5 Juni 2022   15:19 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Film diciptakan sebagai media komunikasi massa yang masuk dalam kehidupan manusia. Film adalah kenyataan sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks berupa dokumen yang terdiri berdasarkan cerita yang diiringi kata-kata dan musik (Wahyu, 2017). 

Kenyataan sosial yang terdapat dalam film Yuni (2021) diciptakan berdasarkan muatan-muatan ideologis sutradaranya, Kamila Adini. Hal itu terlihat pada film Yuni (2021) yang sangat kental dengan budaya patriarki. Dalam film Yuni (2021) menggambarkan bagaimana wanita sejak ia masih muda harus menghadapi hal tersebut. 

Muatan-muatan ideologi yang dibawa oleh sutradara ini dibagikan kepada aktor sebagai pemain peran yang turut menggunakan bahasa sebagai seni sarana ungkap maksud dan perasaan agar ideologi-ideologi itu tersampaikan. 

Bahasa sendiri adalah lambang (simbol) yang diwujudkan dengan bunyi. Tetapi dalam film, representasi tersebut tidak hanya diwujudkan oleh lambang sebagai bahasa namun tanda-tanda lainnya seperti isyarat, gambar, dan lain sebagainya.

John Fiske (dalam Simanullang, 2018) menyatakan semiotika sebagai studi mengenai pertandaan dan makna berdasarkan sistem tanda, bagaimana makna dibangun pada teks media atau studi mengenai bagaimana tanda berdasarkan jenis karya apapun pada masyarakat yang mengkonsumsi makna. 

Lebih lanjut kode-kode televisi adalah teori yang dikemukakan oleh John Fiske atau biasa disebut dengan kode yang digunakan dalam dunia pertelevisian. 

Menurutnya, kode-kode yang muncul dan digunakan pada acara televisi tersebut saling berhubungan dan membentuk makna. Teori ini juga menjelaskan bahwa realitas tidak muncul begitu saja oleh kode-kode yang muncul, tetapi juga diproses melalui penginderaan dari referensi yang sudah dimiliki penonton televisi. Sehingga, kode-kode tersebut akan menimbulkan persepsi yang berbeda dari setiap orang. 

John Fiske membagi tiga level kode-kode sosial dari enkode peristiwa-peristiwa yang ditayangkan dalam televisi yaitu; 1) level realitas (reality) termasuk kode sosial appearance (penampilan), dress (kostum), make-up (riasan), environment (lingkungan), behavior (kelakuan), speech (cara berbicara), gesture (gerakan) dan expression (ekspresi); 2) level representasi (representation) termasuk kode sosial teknis, yang melingkupi camera (kamera), lighting (pencahayaan), editing (penyuntingan), music (musik) dan sound (suara). 

Serta kode representasi konvensional yang terdiri dari narrative (naratif), conflict (konflik), character (karakter), action (aksi), dialogue (percakapan), setting (layar) dan casting (pemilihan pemain); 3) level ideologi (ideology) termasuk kode sosial individualism (individualisme), feminism (feminisme), race (ras), class (kelas), materialism (materialisme), capitalism (kapitalisme) dan lain sebagainya (Simanullang, 2018).

Pada level ideologi, budaya patriarki terlihat pada salah satu scene yang menggambarkan bagaimana Yuni sangat terkekang oleh lamaran-lamaran yang datang padanya saat dirinya masih duduk di bangku SMA. 

Keputusan Yuni untuk menolak lamaran-lamaran tersebut ia lakukan untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal tersebut menimbulkan tekanan baru yaitu Yuni yang menjadi bahan omongan dari orang-orang sekitarnya. Tekanan-tekanan pada usia muda tersebut menimbulkan peperangan batin dalam diri Yuni. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun