Mohon tunggu...
Maryadi
Maryadi Mohon Tunggu... Guru - Pendidik sejak 2006

Pendidik sejak 2006

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Sinergi di Masa Pandemi

26 September 2021   17:48 Diperbarui: 26 September 2021   18:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita berharap pandemi segera berakhir. Setidaknya, kita ingin menikmati kehidupan ini normal kembali. Oleh karena itu kita perlu bersinergi mewujudkan visi yang sempat "layu" karena pandemi. 

Sinergi merupakan kombinasi atau penggabungan (Matsumoto:2006). Sinergi juga berarti kerja sama dari unsur-unsur untuk mendapatkan hasil optimal. 

Berbicara sinergi, kita ingat betapa pentingnya sebuah kerja sama. Ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan pentingnya kerjasama yaitu "sinergi lima jemari."

Dari sinergi lima jemari, kita sadar bahwa bersama-sama memberikan hasil yang lebih baik daripada sendiri-sendiri. Agama Islam mengajarkan sinergi dalam bentuk salat berjamaah. 

Dari Abu Sa'id Al Khudri RA, bahwa dia mendengar Nabi SAW bersabda, "Salat berjamaah itu, melebihi salat sendirian dengan dua puluh lima derajat." (HR Bukhari). Keutamaan bersinergi bagi umat Kristiani tercantum dalam Matius Pasal 18 ayat 20 dinyatakan "Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu di sanalah Aku hadir di tengah-tengah mereka.

Dalam ranah pendidikan, sebagian dari kita memiliki paradigma bahwa pendidikan merupakan sebuah pertandingan. Mereka menganggap"wajar" berlomba-lomba untuk mendapatkan peringkat teratas. 

Sebab kalau tidak demikian, berarti menjadi pihak yang kalah/pecundang. Bukankah sejatinya, kemampuan itu kita ukur dengan kapasitas kita sebelumnya?

Sudah saatnya, kita menelaah betapa banyak fenomena yang kita alami saat pandemi melanda.
Si mana yang "pintar tak benar" tega memanfaatkan orang lain yang tak beruntung. 

Pendidikan merupakan proses mulia, yang tidak tepat jika disamakan dengan pertandingan. Proses memanusiakan manusia ini sangat naif jika dipilihkan pada opsi menang atau kalah.

Pandemi yang berlangsung sejak 2019 hingga saat ini, setidaknya memberi gambaran pada kita bahwa hidup sejatinya bukan melulu soal menang dan kalah. Sudah tidak zamannya lagi yang pintar menginjak yang bodoh, yang kaya memakan yang miskin. 

Akhirnya, sebagai insan pendidikan kita wajib menyadarkan kembali semangat bersinergi untuk saling berempati. Saling membatu dan mengingatkan. Terlepas dari siapa yang menang dan siapa yang kalah. Mari kita perkokoh semangat menanamkan pendidikan karakter, untuk generasi Indonesia yang tanggap, tangguh, dan mulia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun