Mohon tunggu...
Marwan Maulana
Marwan Maulana Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi 19

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kaum Elit yang Haus Akan Kekuasaan

13 Desember 2019   10:45 Diperbarui: 13 Desember 2019   10:52 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

*Oleh : Marwan Maulana
Kita harus bangga menjadi negara Indonesia, karena Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Terdapat 17.504 pulau dimana 9.634 pulau belum diberi nama dan 6 ribu pulau tidak berpenghuni. 3 dari 6 pulau terbesar di dunia ada di indonesia yaitu kalimantan, sumatera dan papua. Selain sebagai negara kepulauan, indonesia juga terkenal sebagai negara maritim terbesar di dunia. Bayangkan saja, luas perairan indonesia mencapai 93.000 km dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia.

Indonesia merupakan sebuah negara dengan keragaman terbesar, baik alam hingga manusianya. Dalam keragamannya, masyarakat indonesia memiliki ciri atau sifat yang melekat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mereka. Setidaknya hal tersebut yang hendak di sampaikan Mochtar Lubis dalam pidato kebudayaan yang di adakan di Taman Ismail Marzuki pada 6 april 1977 silam.
Dari keunggulan luas letak geografis di indonesia, dan berbagai macam keragaman suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat, dan kebudayaan. 

Ada saja hal hal yang membuat miris, contohnya beberapa golongan  elit yang menyalah gunakan posisi atau kekuasaannya untuk kepentingan dirinya sendiri, tidak memikirkan bagaimana kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya bahkan dalam lingkup luasnya lagi yaitu negara. Seperti yang bisa kita lihat sekarang ini. Banyak golongan elit yang menggeruk tanah masyarakat secara paksa. Tetapi banyak yang tidak mengetahui tentang isu isu tersebut, karena adanya campur tangan antara golongan elit dengan media sosial.

Media sosial sangatlah berperan penting dalam kelancaran suatu rencana para golongan elit. Mengapa demikian ? media sosial ini menutupi fakta fakta yang ada di dalam sebuah rencana para golongan elit. Media sosial saat ini sangat sering mem-propagandakan masyarakat dengan cara terus menerus menyebarkan berita-berita hoax. Media sosial sebenarnya mempunyai dua sisi, yaitu sisi positife dan sisi negatife. Sisi positifenya adalah sangat mudah untuk mengeksplore sebuah berita salah satu contohnya adalah berita tentang perpolitikan. 

Media sosial dengan mudahnya di akses oleh siapa saja, baik itu mahasiswa, pelajar, buruh, dan masyarakat lainnya. Di satu sisi, ada hal negatifenya juga di media sosial ini. Sang pengakses lebih mudah untuk mem-propagandakan sebuah isu isu yang sebenarnya tidak mempunyai fakta yang sangat kuat. Dan masyarakat dengan mudahnya terdoktrin oleh media sosial sehingga menimbulkan pemikiran yang sama terhadap sang pengakses. 

Contohnya adalah aksi 2 desember atau yang biasa di sebut aksi 212 dan aksi bela islam III terjadi pada tanggal 2 desember 2016 di Jakarta, Indonesia dimana sedikitnya ribuan massa kembali menuntut Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa di sebut ahok, yang telah di tetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan penistaan agama. 

Sebenarnya menurut pandangan saya, itu ada  sangkut pautnya dengan sebuah agama yang bercampur tangan dengan golongan elite politik. Menurut pandangan saya, ada seseorang yang sengaja memprovokasi para pendemo untuk ikut turun ke jalan, dan ada campur tangannya dengan media sosial juga karena media sosial memberi berita dengan metode teori peluru atau bisa di sebut teori jarum hipodermik yaitu media masa yang memanipulasi kekuatan besar.

Setelah di analisa lebih dalam. Penulis beranggapan bahwa jika tiga elemen ini bercampur menjadi satu. Yaitu dari golongan elite politik, agama, dan media sosial. Akan mempunyai kekuatan yang besar untuk mendapatkan sebuah kekuasaan di suatu wilayah. Sebuah kekuasaan bisa di dapatkan ketika mempunyai banyaknya suara massa atau banyaknya dukungan oleh salah satu pihak golongan elite politik. Maka dari itu para golongan elite politik telah menyusun cara dengan sangat matang agar mendapatkan kekuasaannya di dalam suatu wilayah. 

Sebagai contoh yang biasa di temukan adalah ketika golongan elite datang ke sebuah wilayah dan membagikan iming-iming contohnya sebuah janji, beras, baju, dan sembako lainnya. Penulis beranggapan bahwa itu adalah salah satu cara cukup licik. Mengapa demikian ? karena dari beberapa studi kasus yang terjadi di era demokrasi yang sekarang ini, banyak golongan elite politik yang lupa akan janji terhadap rakyatnya sendiri. 

Seperti istilah permen karet yang manis di awal dan hambar di akhir. Menurut penulis para golongan elite politik hanya mempropagandakan sebuah iming iming terhadap masyarakatnya. Pada intinya, penulis ingin menyampaikan bahwa jangan lah mencampur tangani urusan politik dengan sebuah agama. Seperti pernyataan jokowi yang menanggapi dinamika pilkada sebagai kentestasi demokrasi lima tahunan, yang berisi "Jika urusan agama di intervensi politik, hal itu berpotensi mengancam keberagamaan."  

Pesan Nabi Muhammad SAW, jangan pilih pemimpin yang terlalu nafsu dengan kekuasaan sebagai sebuah ajaran yang paripurna, agama islam memiliki segenap tuntutan kepada umatnya dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Termasuk dalam memilih pemimpin yang baik. Sebagaimana diterangkan oleh ulama Kharismatik Indonesia, Quraish Shilab. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda mengenai pemimpin yang layak dipilih. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun