Bayangan akan mimpi satu Minggu yang lalu, kembali bermain di benakku. Ketakutan dan kekhawatiran seolah menyelimuti setiap relung hati. Akankah terjadi peristiwa yang sama, menimpa orang terkasih, yang berujung kematian.
Kondisi pak su semakin lemah. Kucoba keluar ruangan, sekedar menenangkan diri. Tak kuasa melihat raut wajahnya yang tampak lesu. Lantunan ayat Al-Quran terdengar keluar dari sisa tenaganya yang ada. Â Tangannya melambai memberikan isyarat kepadaku untuk mendekat. Satu demi satu pesan dan amanat keluar dari bibirnya, seakan menyiratkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan.
Dadaku terasa sesak, napasku seakan tersekat di tenggorokan. Ku coba menahan butiran bening yang ingin menerosbos keluar. Tak sepatah katapun keluar dari mulutku. Aku tertunduk lesu. Aku tidak ingin dia melihat derai air mataku yang akan tumpah. Tanpa terasa butiran bening itu keluar dengan derasnya.
Dinginnya AC rumah sakit, ternyata tidak bisa mendinginkan kegalauan yang sedang ku rasakan. Namun bertemu dengan sesama pasien sedikit tidak menghibur hatiku. Perasaan senasib membuat diantara kami saling menguatkan dan berusaha saling menghibur diri.
Berjejer beberapa pasien sedang berjemur menikmati hangatnya mentari. Di sela Bangunan megah bangunan rumah sakit demi menambah imun tubuh. Gelak tawa terdengar dari beberapa pasien yang mengalami kondisi yang sama namun tak serupa. Entah apakah itu gelak tawa yang dipaksakan ataukah tertawa lepas. Namun setidaknya dapat menghilangkan kebekuan, ketakutan, kekhawatiran yang sedang mereka alami.