Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rasa (Part 24) Air Mataku Tumpah Lagi

16 Maret 2021   11:53 Diperbarui: 16 Maret 2021   13:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Begitu mendengar penjelasan dari calon kakak iparnya, mereka bertiga langsung menuju bandara memastikan peristiwa tersebut.

Lutut Aisyah terasa lemas, tangannya berpegangan di meja, matanya berkunang-kunang begitu mendengar salah satu penumpang yang ada di pesawat yang hilang kontak itu adalah Fadli Firmansyah. Seakan tidak percaya dengan pendengrnya, dia meminta petugas untuk memperlihatkan nama-nama penumpang yang berjumlah 185 orang itu. Dia langsung terkulai di lantai tidak sadarkan diri.

Petugas bandara langsung membawanya ke klinik bandara, Parhan menuntun sang ibu menuju ruang perawatan yang ada di sana. Ruang klinik itu hampir penuh, suasana haru terlihat jelas dari setiap wajah. Bisa dipastikan mereka adalah keluarga dari penumpang pesawat Batik Air. Beberapa wanita duduk sambil bersandar di tembok berusaha mengusap air matanya.

Parhan dan Bu Nely berdiri disamping tubuh Aisyah yang terkulai lemas belum sadarkan diri. Polesan make up seadanya semakin membuat wajahnya terlihat lebih pucat.
Parhan berusaha menghubungi Bayu menginformasikan keadaan Aisyah sambil menenangkan bahwa kakaknya akan baik-baik saja bersama mereka.

Pak Syukri mondar mandir di depan rumah sambil menunggu putri sulungnya yang belum pulang hingga malam menjelang. Melihat gelagat sang bapak, pemuda berwajah cool itu pun menenangkan lelaki beruban yang berdiri di teras.
"Bapak tidak usah khawatir, kakak sekarang ada di rumah Bu Nely."
Mendengar kabar dari Bayu, Pak Syukri menyela.
"Mengapa kamu tidak kasi tahu bapak dari tadi. Kan bapak tidak perlu sepanik ini?
Bayu tidak ingin menambah beban lelaki paruh baya itu dengan peristiwa yang menimpa calon kakak iparnya.
"Dia masih ada urusan, nanti kalau sudah selesai, dia pasti pulang diantar mas Fadli," ucapnya berbohong.

Empat puluh menit berlalu, berlahan Aisyah membuka matanya, kepalanya terasa berat. Dilihatnya wanita paruh baya yang akan jadi mertuanya duduk disamping tempatnya berbaring.
"Saya dimana Bu?" Tanya Aisyah
"Tadi kamu pingsan dan sekarang ada di klinik bandara." Penjelasan Bu Nely membuat gadis itu teringat apa yang dialaminya beberapa waktu lalu.

Butiran bening kembali menerobos keluar, disertai isak tangis. Napasnya terlihat sesak menahan beban berat yang dirasakan. Duka mendalam yang ia rasakan kali ini jauh lebih berat daripada saat ditinggal oleh Umam. Harapan untuk memiliki keluarga kecil musnah sudah. Bayangkan menjadi seorang istri dan ibu dari bocah imut-imut pupus ditelan bumi.

Tak ayal membuat wanita yang gagal menjadi calon mertuanya ikut meneteskan air mata. Sambil memegang tangan gadis itu, Bu Nely berujar.
"Ibu tahu ini berat, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, atas semua yang sudah menjadi ketentuan-Nya. Kita hanya bisa berdoa agar Fadli diberikan tempat terbaik di sisi-Nya." Ucap Bu Nely dengan suara parau.

"Apakah kak Aisyah mau ikut kami pulang ke rumah atau saya antar ke rumah kakak?" Suara Parhan seolah mengingatkan bahwa mereka sedang berada di tempat umum.
"Antar kakak pulang ke rumah bapak saja!"
Mereka pun meninggalkan bandara membawa kesedihan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun