Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Suka Duka Belajar Saat Pandemi (Part 1)

16 Maret 2021   09:03 Diperbarui: 21 Juli 2021   15:14 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ditanya mengenai metode belajar ini, aku akan menjawab sangat tidak efektif. Mengapa demikian? Kurasa jawabannya cukup jelas. Tidak adanya penjelasan dari guru secara langsung tentunya menghambat pemahamanku di beberapa materi.

Tapi bukan itu masalah utamanya.
Masalah terbesarnya adalah, ponsel.
Hey, di zaman sekarang mana ada remaja yang bisa hidup tanpa ponsel, bukan? Bahkan salah seorang guru pernah bilang, di era ini, ponsel sudah menjadi kebutuhan primer bagi tiap individu. Kau akan membutuhkan ponsel untuk banyak hal, terutama dalam hal komunikasi dan informasi.

Di kalangan remaja, alasan kami menggunakan ponsel pun kebanyakan adalah untuk aplikasi sosial media. Meski tak memiliki konten apapun untuk di upload, aplikasi-aplikasi tersebut tetap menjadi candu. Belum lagi populernya eksistensi game online. Kegiatan yang sungguh tak bermanfaat namun dapat membuat ketagihan.

Dan aku, mungkin saja termasuk salah satu pecandu gadget ini.
Sangat susah bagiku mengatur waktu antara sekolah online dengan bermain ponsel. Berkomunikasi dengan banyak orang di dunia maya, lalu bermain game rasanya menjadi lebih prioritas dibandingkan apapun.
Meski guru jarang memberikan penjelasan materi dan hanya memberikan tumpukan tugas, aku merasa tak memiliki hak untuk protes jika mendapat nilai rendah.

Aku cukup sadar betapa malasnya diriku untuk belajar. Lebih mudah terlarut dalam buaian empuknya kasur ditemani sebuah ponsel daripada duduk menghadap buku pelajaran. Banyak istilah baru dan rentetan kalimat yang tak kupahami. Namun bukannya mencari tahu, aku justru memilih untuk meninggalkannya.

Yang kusyukuri dari kegiatan belajar mengajar dari rumah ini, tentunya adalah kesempatan untuk membuka buku atau website untuk mencari jawaban dari tugas yang diberikan. Istilah frontalnya, mencontek. Kegiatan tidak terpuji yang bahkan kulakukan saat menghadapi ulangan harian. Aku yakin para guru juga pasti sudah menduga ini.

Pemikiran asalku terkonfirmasi ketika salah satu guru berujar, "bagaimana bisa kalian mendapat nilai rendah disaat kalian memiliki kesempatan untuk membuka buku?" Aku pun tersenyum dalam hati. Apakah ini adalah lampu hijau untuk mencontek secara terang-terangan? Tentu saja.

Waktu terus berlalu. Penerapan protokol kesehatan tersebar dimana-mana. Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak sudah menjadi kewajiban untuk salam pembuka dan penutup tiap berita di televisi. Namun tak banyak orang yang menghiraukannya.

Topik utama tayangan berita selalu memaparkan kenaikan kasus dari korban virus corona ini. Kebijakan lockdown yang dikeluarkan pemerintah tak membuahkan hasil. Ekonomi menuntut warga dengan kondisi sosial menengah ke bawah untuk tetap beraktifitas di luar.

Aku mengerti, hidup sangat susah bagi mereka saat ini. Namun yang membuatku gemas, mengapa mereka tidak memakai masker? Mengapa mereka tidak menjaga jarak? Mereka tetap beraktifitas seperti biasa seolah tak ada bencana yang sedang terjadi. Padahal pemerintah sudah memberikan masker gratis, setidaknya tak bisakah mereka gunakan dengan benar? Aku tak mengerti.

Teman-temanku juga menganggap remeh keadaan ini. Banyak dari mereka yang justru bepergian saat jam sekolah. Tentunya dengan mengabaikan protokol kesehatan. "Berita hanya melebih-lebihkan, itu hanyalah deretan angka. Daya tahan tubuh kami kuat," kata mereka dan banyak lagi alasan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun