Mohon tunggu...
Marvelin Ang
Marvelin Ang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi

Saat ini sedang menempuh pendidikan strata 1 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan menjadi pemimpin: Kesetaraan Gender atau Menyalahi Kodrat?

3 Maret 2021   12:39 Diperbarui: 4 Maret 2021   10:51 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terlahir menjadi seorang perempuan, terkadang membuat kita dipandang sebagai sosok manusia yang lemah dan tidak bisa apa-apa. Stigma ini sangat melekat dan mempengaruhi peran wanita dalam kehidupan. Stigma ini menimbulkan sebuah masalah mengenai ketidaksetaraan gender. Salah satu hal yang menyebabkan ketidaksetaraan gender adalah budaya patriarki yang dianut oleh masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih menganut budaya patriarki hingga saat ini. Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kegiatan manusia (Sakina & Asiah, 2017). Dalam budaya patriarki, laki-laki dianggap sebagai penguasa dan mendominasi. Sedangkan perempuan dianggap tidak berdaya dan harus tunduk dengan laki-laki. 

Salah satu hal yang akan kita bahas kali ini mengenai aspek kepemimpinan. Biasanya yang menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi atau perusahaan adalah laki-laki. Kata orang, perempuan itu selalu melibatkan emosi dan terlalu mengutamakan perasaan dalam bertindak. Pandangan bahwa perempuan selalu melibatkan emosi dan laki-laki lebih mengutamakan logika, menjadi stereotype umum yang beredar dalam kehidupan kita. Hal ini mengakibatkan pandangan kalau perempuan tidak mampu untuk memimpin. Ketika ada seorang perempuan yang terpilih menjadi seorang pemimpin, mungkin keberadaannya diragukan dan dipertanyakan oleh orang-orang di sekitarnya. Hingga akhirnya muncul berbagai pertanyaan seperti ‘apakah perempuan itu mampu memimpin banyak orang? seharusnya yang menjadi seorang pemimpin itu laki-laki’. Bahkan ada yang berpendapat jika perempuan menjadi pemimpin itu menyalahkan kodrat. Padahal perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama untuk memimpin. 

Budaya patriarki masih ada hingga saat ini, dimana masih ada orang yang memandang kalau seharusnya perempuan di rumah saja dan menjadi ibu rumah tangga. Akan tetapi, saat ini kita bisa melihat kalau masyarakat mulai semakin sadar pentingnya kesetaraan gender dalam kehidupan. Kalau dulu, perempuan benar-benar tidak diperbolehkan untuk pergi menempuh pendidikan, tetapi sekarang perempuan sudah boleh bersekolah. Belakangan ini juga muncul berbagai komunitas atau organisasi yang mengusung gerakan feminisme ataupun kesetaraan gender. Salah satunya adalah komunitas Women Beyond Indonesia yang baru saja didirikan pada Juli 2020 lalu. Komunitas ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. Women Beyond Indonesia hadir untuk mematahkan berbagai stereotip yang menjadi hambatan bagi perempuan untuk menjadi seorang pemimpin, termasuk stereotip mengenai perempuan tidak bisa menjadi pemimpin. Keberadaan komunitas Women Beyond Indonesia ini bisa menjadi salah satu pemacu bagi perempuan untuk berani dan percaya diri untuk menjadi seorang pemimpin. 

Women Beyond menyediakan lingkungan yang suportif bagi perempuan dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti workshop, mentoring, dan komunitas online. Workshop yang diadakan oleh Women Beyond dikenal dengan WeON Summit. Hingga saat ini, Women Beyond sudah melaksanakan workshop sebanyak 3 kali dengan mengundang perempuan-perempuan hebat dari latar belakang yang berbeda. Kedua, ada program mentoring yang dikenal dengan Women Beyond Leadership Mentoring. Mentoring ini dilaksanakan secara gratis untuk orang-orang yang terpilih sesuai dengan bidang yang dipilih. Dalam kegiatan mentoring ini, para peserta yang terpilih akan bertemu dengan mentor-mentor sesuai dengan bidangnya masing-masing untuk belajar bersama. Ketiga, komunitas online yang dikenal dengan Beyond Impact Class. Beyond Impact Class bukan hanya komunitas online biasa karena dalam komunitas ini, kita bisa mendapatkan pelatihan ataupun konsultasi dengan teman-teman lain.

Gambar 1. Women Beyond Leadership Mentoring
Gambar 1. Women Beyond Leadership Mentoring

Gambar 2. WeON Summit
Gambar 2. WeON Summit

Bagi teman-teman di luar sana, yang tertarik dengan isu kesetaraan gender atau feminisme bisa mengunjungi akun Women Beyond Indonesia di instagram @womenbeyond.id atau di LinkedIn Women Beyond Indonesia. Yuk berani suarakan pendapatmu mengenai kesetaraan gender! Menjadi seorang pemimpin wanita bukan menyalahi kodrat tetapi memang hak seorang wanita. Seperti kata Sheryl Sandberg “In the future, there will be no female leaders. There will just be leaders.” Inilah slogan yang dipegang oleh Women Beyond Indonesia, bahwa di masa depan semua pemimpin adalah pemimpin, tidak akan ada lagi perbedaan yang berdasarkan gender. 

Daftar Pustaka:

Sakina, A. I. & Asiah, D. H. S. (2017). Menyoroti Budaya Patriarki di Indonesia. Social Work Journal, 7(1), 71-80. Diakses dari http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/view/13820.

WeON Summit [gambar] (8 Februari 2021). Diakses pada 3 Maret 2021 dari https://www.instagram.com/p/CLCBzqqHmIg/?igshid=1bdtzikkbonoe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun