Mohon tunggu...
Martony Calvein Kakomole Kuada
Martony Calvein Kakomole Kuada Mohon Tunggu... Perawat - Motivissioner

Martony Calvein Kakomole Kuada Founder: Perawat Peduli Indonesia "Aku Bangga Jadi Perawat" Owner Copita Coffeeshop Owner: Copita CoffeeShop "The Legendary Coffee Taste"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Perawat, Bernasib Gawat Jika Tak Siap

20 Januari 2016   11:19 Diperbarui: 20 Januari 2016   12:15 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Sudah menjadi rahasia umum akan datang nya perdagangan bebas di Regional ASEAN bahkan telah melibatkan Negara Tiongkon yang lebih dikenal dengan CAFTA. Berdasarkan pantauan penulis, kehadiran badai global ini ditanggapi dingin oleh masyarakat Indonesia yang seolah tak tahu menahu apa yang telah terjadi di akhir tahun 2015 yang lalu. Masyarakat seolah terlena dengan gempita pergantian tahun dan hiruk pikuk pilitik yang melanda negeri. Ditambah lagi dengan isu terorisme yang mebuka lembaran tahun baru 2016 cukup menggemparkan kita semua.

Dibalik itu, negara negara yang tergabung dalam MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) terus melaju memantapkan diri untuk menjadi pemimipin dipasar dagang dan bursa kerja. Kemampuan anak negeri untuk menjalankan Enterpreneurship masih kurang terasah untuk bersaing dengan "pemain" asing. Kecekatan dan kemampuan individu juga masih perlu banyak dibekali dengan update terbaru tekhnik dan tekhnologi. 

Anak muda Indoensia seolah dibiarkan terlena menikmati hegemoni dan gegap gempita dunia hiburan yang melenakan. Institusi pendidikan yang semakin menjamur seolah hanya menjadi ajang bisnis para pemilik modal besar. Lembaga kursus dan pelatihan juga menghasilkan lulusan yang masih perlu dipertanyakan kompetensinya. Naas, dikala negara tetangga terus berpacu menunjukkan diri sebagai yang terbaik, kita hanya sibuk mengurusi hal hal yang membuat kita semakin terlena dan terbuai.

Perawat, sebagai salah satu tenaga profesional selayaknya memiliki kompetensi yang mumpuni. Ketika Uji Kompetensi mulai diterapkan, hampir semua elemen berang dan menunjukkan penolakan terhadap kebijakan ini. Perawat dipersiapkan seolah hanya untuk pemenuhan saja dengan mengabaikan kecekatan nurani dalam merespon dan menanggapi keluhan. Kita terkadang lupa, bahwa Perawat adalah penjaja jasa yang tak hanya bergerak dengan anggota geraknya namun juga dengan hati dan kesabarannya.

Bukan kita ingin mengabaikan skill dan batang tubuh keilmuan yang mumpuni. Namun, kita juga tak boleh mengabaikan hati nurani yang tergambar dari gerak tubuh dan ucapan yang ikhlas. Perawat harus secara total mempersiapkan diri menghadapi perdagangan bebas ini dengan tetap menjaga falsafah dasar dari profesi ini.

Semoga tulisan kecil ini bermanfaat untuk kita semua.

Wassalam

martony Cakvein Kakomole Kuada

Perawat "PEDULI" Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun