Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Prioritas: Bertumbuh, Berkembang, dan Berbuah dalam Ketekunan

11 Mei 2023   08:38 Diperbarui: 11 Mei 2023   08:35 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: www.thegospelcoalition.org

Hidup bukanlah urutan waktu belaka yang terus-menerus menambah halaman buku kehidupan. Hidup adalah seni membuat prioritas yang menguraikan makna kehidupan dalam lembaran buku kehidupan yang inspiratif. Menyusun buku kehidupan yang menghidupkan adalah sebuah mahakarya manusia dalam menggapai harkat dan martabatnya.

Ben Franklin pernah menegaskan tentang pentingnya meluangkan waktu untuk mengkaji dua hal penting dalam hidup dan keseharian. Saat pagi hendaknya bertanya, "Apa perbuatan baik yang akan kulakukan hari ini?" Pada petang hari Kembali bertanya, "Apa perbuatan baik yang telah kulakukan hari ini?" Model hidup seperti ini merupakan kebijaksanaan hidup yang sangat bermakna dan reflektif, yang mendorong setiap pribadi pada pengolahan dan pembelajaran diri dengan membangun habitus baik. Hidup sungguh-sungguh bermakna dan berharga bagi diri, sesama, dan semesta.

Anugerah terbesar dari Sang Pencipta adalah kehidupan. Setiap pagi setiap pribadi dianugerahi hari baru dengan segala berkah dan rahmat-Nya. Ironis bahwa banyak orang lupa bersyukur setiap pagi atas anugerah itu, celakanya lagi banyak orang menyia-nyiakan kehidupan ini. Dua pertanyaan Franklin tersebut merupakan pertanyaan yang sangat mendasar untuk mendorong dan menghantarkan manusia menjadi manusia yang humanis dan bermartabat. Ini adalah model hidup yang cerdas sekaligus bijaksana dengan memulai hari dalam rencana-rencana kebaikan dan menutup hari dengan refleksi pribadi atas pengalaman sehari sebagai sebuah pemaknaan hidup.

Socrates pernah mengatakan "Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak dihidupi." Hidup bukan sekadar rentetan pengalaman yang lewat begitu saja namun hidup sejatinya selalu direfleksikan sehingga setiap pribadi mampu menemukan makna-makna kehidupan yang berguna bagi diri, sesama, dan semesta. Dengan refleksi, setiap pribadi akan bertumbuh, berkembang, dan berbuah dalam sebuah sinergi akal budi, nurani, rasa peduli, dan komitmen pada kebaikan. Tanpa refleksi, hidup itu akan menjadi sia-sia tanpa guna.

Dalam hidup tentunya ada naik dan turun, suka dan duka, dan segala dinamika yang kadangkala juga begitu banyak rintangan. Segala sesuatu yang kurang mengenakkan sejatinya menjadi sebuah refleksi yang menarik untuk mendorong sekaligus memotivasi diri. Memaknai kegetiran dalam hidup, rintangan yang menghalang, kegagalan dan mengapai tujuan, merupakan sebuah cara hidup yang positif untuk menjadi lebih kuat dan militan dalam menghidupi hidup yang terkadang penuh misteri ini.

Pakar Manajemen Peter Drucker mengegaskan tentang pentingnya konsentrasi dalam kehidupan ini. Konsentrasi menjadi cara yang efektif dan efesien untuk melaksanakan berbagai rencana, menjalani pengalaman, dan pada akhirnya sampai pada pemaknaan dan komitmen diri. Hidup tidak bisa mengalir begitu saja, membiarkan diri diombang-ambing tanpa arah oleh arus dunia. Setiap pribadi harus berani menata diri dan membuat prioritas dalam hidup. Sebuah analogi baik, Ketika kita mengejar dua ekor kelinci secara bersamaan, keduanya akan berlari dan kita tak akan mendapatkannya sama sekali.

Memulai pagi dengan kemantapan budi dan hati pada rasa syukur dan rencana baik merupakan kerelaan hati untuk menumbuhkan nilai-nilai kebaikan dalam diri. Mengusahakan hal-hal baik sebagai sebuah kebiasaan (habitus) adalah daya upaya yang tangguh untuk mengembangkan diri secara menyuluruh menjadi manusia yang utuh dan bermakna. Hingga akhirnya, habitus pengolahan diri dalam prioritas refleksi akan menjadi sebuah harapan besar dalam hidup sehingga menghasilkan buah-buah kehidupan yang menggembirakan bagi diri dan sesama.

Akhirnya, hidup tanpa prioritas hanyalah hidup yang menantikan akhir tanpa harapan dan makna. Hidup adalah seni yang menggerakkan jiwa dan raga, budi dan hati, untuk selalu membangun sinergi dan kolaborasi diri sehingga setiap pribadi memandang hidup dengan persepsi positif, menjalaninya dengan optimisme, dan memaknainya dalam keheningan dan kebijaksanan. Hidup itu indah, ada nilai-nilai yang menginspirasi, penuh harapan yang menggerakkan, dan terselebung kasih yang meneduhkan.   

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun