Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi tentang Apresiasi: Memantik Integritas Sejati

10 April 2023   09:02 Diperbarui: 10 April 2023   09:13 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi diambil dari: thetimefoundation1993.blogspot.com

Apresiasi bukanlah basa-basi yang manis terucap dan hambar dalam realita. Apresiasi sejatinya adalah air segar yang menyegarkan jiwa dan menggerakan hati dan budi untuk membangun komitmen hidup yang berkualitas. Apresiasi senantiasa menjadi pola hidup sehat dan bahagia dalam menumbuhkan ketekunan, tanggung jawab, loyalitas, dan hidup yang reflektif.

John C. Maxwell dalam bukunya yang berjudul The 360 (Degree) Leader pernah menulis, "Hal yang mengakibatkan begitu banyak ketidakharmonisan antarbangsa adalah fakta bahwa sebagian ingin memukul genderang besar, tetapi hanya sedikit yang mau mendengarkan musiknya, dan tidak ada yang mau menjadi pemain biola kedua." Banyak pribadi ingin menjadi yang pertama dan utama tanpa mempedulikan sekitarnya yang telah mendukungnya, bahkan seringkali hal-hal yang dipandang biasa-biasa saja justru menjadi penentu yang vital.

Sejenak melihat dalam keseharian hidup kita, begitu banyak orang memfokuskan pada cita-cita atau pekerjaan menjadi sesuatu yang utama dan harus diprioritaskan mengalahkan banyak hal dalam keseharian. Detik demi detik, waktu demi waktu, seluruh pikiran dan energi dikerahkan untuk mensukseskan cita-cita hidup, yang terkadang melupakan hal-hal sederhana dalam keseharian. Mari habiskan waktu sejenak bersama anak-anak untuk bercanda ataupun sekadar jalan-jalan putar komplek perumahan. Dengan senang hati, mengantarkan istri belanja ke pasar sambil bercerita tentang menu apa yang akan dimasak hari itu. Atau, melakukan hal-hal lain yang tidak berhubungan lamgsung dengan pekerjaan utama sebagai sebuah dinamika hidup yang penuh warna.

Memukul genderang besar dan menjadi yang utama bukanlah sebuah kesalahan hidup, namun mendengarkan musiknya pun bukan pula sesuatu yang harus dihindari karena melakukannya tidak akan mengurangi kualitas hidup.  Dipuji oleh banyak orang karena keberhasilan atau posisi kita adalah sebuah kebahagiaan tersendiri, namun ada kalanya setiap pribadi memiliki keseimbangan untuk siap sedia memuji dan menghargai dengan tulus atas kebaikan dan keberhasilan orang lain. Inilah yang disebut sebagai keseimbangan hidup, siap dipuji dan memuji, siap dihargai dan menghargai.

Dalam keluarga, siap saling memuji antara suami dan istri, siap menghargai antara orang tua dan anak. Dalam sebuah komunitas bersama, ada sikap tulus hati dan kerelaan untuk memberikan empati dan simpati sebagai sebuah gerakan membangun komunitas yang guyub dan penuh makna kebaikan. Dalam dinamika di tempat kerja, posisi yang berbeda-beda, bukan sebuah alasan untuk tidak menjaga dan memelhara apresiasi satu sama lain sebagai sebuah usaha untuk membangun kolaborasi hati dan budi yang akan melahirkan integritas diri.

Bryd Baggett, penulis dan wirausaha, menegaskan tentang integritas sebagai "melakukan apa yang Anda katakan akan Anda lakuan, pada saat Anda katakan akan Anda lakukan, dan dengan cara seperti apa yang Anda katakan akan Anda lakukan".  Integritas sebagai sebuah komitmen diri dan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup bersama dalam norma kebaikan dan kebenaran. Apresiasi yang menjadi habitus hidup senantiasa mendorong setiap pribadi untuk membangun integritas sejati.

Tatkala hati dan budi setiap pribadi disentuh dalam semangat yang kondusif dan mengembangkan jiwa, lahirlah kebahagiaan, kenyamanan, kepuasan, dan motivasi untuk berbagi kebaikan pada sesama dan semesta dalam ketekunan dan tanggung jawab yang tak jarang menembus logika manusia. Ketika manusia mampu memanusiakan manusia sebagai pribadi yang berharga, di sanalah loyalitas dan totalitas sebagai perwujudan integritas diri lahir dan bertumbuh-kembang. Manusia lahir, sejatinya untuk berjuang mengembangkan sisi humanisme dan pada akhirnya demi kemuliaan Sang Pencipta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun