Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali ke Kandang (28): Mari Menjadi Manusia yang Sungguh-sungguh Manusia!

10 September 2021   18:18 Diperbarui: 10 September 2021   18:16 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pedoman dalam hidup menjadi penting dan bemanfaat tatkala bertumbuhkembang dalam konteks yang selalu teraktualisasi sehingga tidak jatuh pada fanatisme sempit.

Hidup sejatinya dijalani dalam sebuah porsi kehidupan yang tepat, sesuai dengan takaran norma dan nilai kehidupan yang selayak dan sepantasnya. Sesuatu yang berlebihan dalam hidup, pada waktunya akan jatuh pula pada fanatisme sempit, kedangkalan budi, tumpulnya nurani, dan kemunafikan dalam perbuatan. 

Ada orang yang begitu memegang teguh apa yang diyakininya benar, hingga pada prosesnya sulit menerima konteks baru, pandangan baru, dan perubahan dalam hidup.

Pada suatu hari setan berjalan-jalan dengan seorang temannya. Mereka melihat seseorang membungkuk dan memungut sesuatu dari jalan.

"Apa yang ditemukan orang itu?" tanya si teman.

"Sekeping kebenaran," jawab setan.

"Itu tidak merisaukanmu?" tanya si teman.

"Tidak," jawab setan. "Saya akan membiarkan dia menjadikannya kepercayaan agama."

Kepercayaan merupakan suatu tanda, yang menunjukkan jalan kepada kebenaran. Orang yang kuat-kuat berpegang pada penunjuk jalan, tidak dapat berjalan terus menuju kebenaran. Sebab, ia mengira seakan-akan sudah memilikinya. 

Ada proses panjang dalam kehidupan ini yang secara terus-menerus memurnikan diri dalam menghidupi dan mengaktualisasikan kepercayaannya dalam hidup. 

Konteks kehidupan terus mengalir dalam perubahan zaman yang tak terbendung, sehingga aktualisasi diri menjadi suatu kebutuhan untuk menjadikan segalanya bermakna.

Illustrasi. www.girlscouts.org
Illustrasi. www.girlscouts.org
Anarkisme, radikalisme, dan fanatisme sempit menjadi fenomena atas kepercayaan yang berlebihan, tidak pada porsinya dan tidak menangkap esensi terdalam dari inti sari kehidupan ini. 

Akibatnya adalah rusaknya keharmonisan, hancurnya kedamaian, patahnya keselarasan, dan hilangnya kemanusiaan. 

Kepercayaan yang menyentuh esensi dan hidup dalam konteks yang layak senantiasa selalu membangun rasa menghargai, toleransi, dan menjadi inspirasi kebaikan bagi siapapun juga.

 Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing dalam menghidupi kepercayaan dalam hidup ini. Sudahkan kita menyentuh esensi dari kepercayaan dan kehidupan ini? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun