Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Humanis (7): Debat, Cerdasnya Pembelajaran dalam Budi, Hati, dan Rasa Peduli

5 September 2021   06:00 Diperbarui: 5 September 2021   06:00 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku #The_Educatorship, 2016.

Perjuangan itu belum selesai. Setelah semua informasi itu mereka kumpulkan, mereka pun harus mengolah semuanya sehingga menjadi "amunisi" yang ampuh dalam debat. Mereka pun harus merancang strategi untuk mengalahkan pihak lawan dalam debat. 

Untuk merancang strategi itu pun, mereka harus mencari informasi lewat internet, buku, atau nara sumber tentang taktik debat yang jitu. Benar-benar sebuah proses perjuangan yang matang dan terencana.

Akhirnya perjuangan semakin nyata tatkala mereka berdebat. Bagaimana mereka menggunakan "taktik perang" untuk mengalahkan musuh nyata dalam debat yang mereka jalani. Dalam waktu yang pendek, mereka harus bisa "mematikan" lawan dengan amunisi argumen mereka. 

Tentunya, itu tidak mudah karena lawan pun juga meimiliki "amunisi" yang hebat juga. Tampaknya seperti perang dunia saja. Dari antusiasme dan kegigihan pihak pro dan kontra menunjukkan sebuah perjuangan yang hebat.

Anak-anak telah belajar akan sebuah perjuangan dan mereka telah merasakan sungguh kerasnya berdebat. Ini penting bagi mereka karena hidup ini tidak semuanya enak dan lembut, tapi kadang begitu keras dan menantang. Dalam kerasnya hidup itu dibutuhkan cara berpikir yang sistematis dan logis, hati yang kokoh, dan sikap yang jelas dan tegas. Debat menjadi sebuah media untuk belajar akan kerasnya hidup ini.

Senyum dari wajah-wajah yang tegang itu mulai mengembang. Kelegaan mulai dirasakan setelah melewati kerasnya debat siang itu. Jabat tangan dan canda tawa pun menghiasi pasca debat itu, seolah-olah mereka telah lupa akan pertentangan dan perseturuan yang baru saja terjadi. Sebuah pembelajaran akan proses pendewasaan pun mereka rasakan dan jalani.

Akhirnya, debat telah membawa mereka pada sebuah kecerdasan hidup. Anak-anak menjadi cerdas secara otak dalam proses berpikir dan menyampaikan buah pikiran itu. Anak-anak menjadi cerdas secara hati lewat pendewasaan diri dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya dan fenomena masyarakat yang tersirat dalam topik debat. Dan, anak-anak menjadi cerdas sikap dalam kepedulian akan apa yang terjadi di sekitarnya, khususnya dalam isu-isu dalam debat mereka. Ibu pertiwi pun akan tersenyum dibuatnya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
@ Pendidikan Humanis: diambil dari sebuah buku yang berjudul #The_Educatorship, Seni Memanusiakan Wajah Pendidikan, yang ditulis oleh FX Aris Wahyu Prasetyo, 2016, PT Kanisius, Yogyakarta. 

Nilai-nilai humanis yang sangat kental dalam kisah-kisah yang tertuang dalam buku ini patut untuk dibagikan ulang sebagai inspirasi dan motivasi mengembangkan pendidikan dewasa ini. Pendidikan sejatinya memanusiakan manusia menuju taraf insani, maka mari mengembangkan humanisme dalam dunia pendidikan secara kontekstual, bermakna, dan reflektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun