Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali ke Kandang Hari ke-25: Jangan Banyak Berteori atas Hidup Ini!

3 September 2021   18:08 Diperbarui: 3 September 2021   18:09 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi Kembali ke Kandang. stock.adobe.com

Bila mengalami yang ilahi, minat untuk berteori berkurang sekali. Pengalaman dan penghayatan merasuk mendalam di sanubari.

Kehidupan ini tidak akan lepas dari persepsi dalam memandang sesuatu yang sangat dipengaruhi latar belakang pribadi dan nilai-nilai luhur yang dipegangnya sebagai pedoman hidup. Cara berpikir yang benar yang diiringi nilai-nilai baik dalam lingkungan yang penuh nurani senantiasa akan membawa pribadi yang jujur dalam tutur kata dan tindakan, tidak manipulatif ataupun memutarbalik fakta dan opini.

Suatu peristiwa terkadang memiliki multitafsir dalam konteks kehidupan ini karena tergantung persepsi dan kepentingannya yang dipengaruhi oleh ketulusan hatinya. Suatu ketika sebuah peristiwa membawa manusia pada perdebatan yang sesungguhnya sudah jelas kebenarannya, namun menjadi rumit karena kepentingannya.

Seorang derwis duduk tenang di pinggir sungai. Seseorang yang lewat dan melihat tengkuknya yang terbuka, tidak dapat menahan godaan untuk menamparnya sampai berbunyi gemertak. Orang itu amat senang dengan bunyi gemertak itu. Tetapi sang derwis menyeringai kesakitan dan bangkit untuk membalas.

"Tunggu sebentar!" kata si penyerang. "Kau boleh membalas kalau mau, tetapi jawablah dulu pertanyaan yang timbul dalam benakku: suara gemertak tadi muncul karena tanganku atau karena tengkukmu?"

Tukas sang derwis: "Jawablah sendiri! Karena kesakitan, aku tidak mau berteori. Engkau dapat berbuat demikian, karena tidak merasakan apa yang kurasakan."

Manusia seringkali jatuh pada teori-teori persepsi yang justru mengaburkan kebenaran dan empati pada sesama. Manusia menjadikan dirinya seolah-olah benar dan pada akhirnya menghapuskan ketulusan dalam diri untuk mengurai kebenaran sehingga orang lain yang salah dan menjadi korban. Ada begitu banyak manusia di dunia ini yang terus berteori dan bermain dengan kata-kata demi mempermainkan orang lain atas dasar kebenaran teori sepihak. Habitus ini justru membiasakan pribadi jatuh pada pengabaian hati nurani yang begitu tulus, jujur, simpatik, empatik, dan toleran.

Illustrasi. www.collegecareerlife.net
Illustrasi. www.collegecareerlife.net
Di sisi lain, ada orang yang tetap dalam kejujuran budi dan hati walaupun harus mengahadapi kesulitan dan pengalaman tidak enak, baginya enggan untuk berteori dan bermain-main dengan persepsi. Pengalaman hidupnya bukan untuk diteorikan, bukan pula untuk diotak-atik sudut persepsi yang justru mengaburkan kebenaran. Tengkuk yang ditampar sampai gemertak, tak perlu lagi diteorikan, bunyi itu berasal dari tengkuk atau dari tangan si pemukul, yang pasti adalah rasa sakit itu dirasakan oleh orang yang dipukul. Itu adalah kebenaran absolut yang tak perlu diteorikan yang justru melecehkan kebenaran.   

Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing, apakah kita terlalu mempersepsikan hidup kita ini? Apakah kita terlalu bermain-main dengan sudut pandang yang justru mengaburkan kebenaran hidup? Sudah waktunya untuk koreksi batin dan membangun komitmen diri bahwa hidup adalah sebuah usaha kebenaran yang mensinergiskan hati, budi, dan perbuatan.

Illustrasi Kembali ke Kandang. stock.adobe.com
Illustrasi Kembali ke Kandang. stock.adobe.com
@ Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun