Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (53): Mengalirkan Kebajikan dalam Kesatuan Hati dan Budi

18 Agustus 2021   04:05 Diperbarui: 18 Agustus 2021   04:30 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. www.idntimes.com

Sekedar mampu berbicara mengenai kebajikan-kebajikan, tidak sama dengan memahami kebajikan-kebajikan tersebut. (Pepatah Cina)

Kebajikan dalam hidup adalah keutamaan yang harus diusahakan dan dikembangkan dalam setiap pribadi sehingga terwujud kehidupan yang sehat jiwa dan raga secara pribadi dan terjalin komunitas yang guyub dan santun dalam semangat penghargaan satu sama lain sebagai manusia sejati. 

Hidup tanpa kebajikan akan mengantarkan manusia pada tutur kata dan tindakan yang mencoreng martabat diri dan sekaligus menghancurkan segala tatanan sosial-moral menjadi puing-piung reruntuhan kehidupan yang kehilangan nilai dan esensinya.

Kebajikan dalam hidup akan membawa manusia pada ketenangan dan kematangan diri yang begitu dewasa sehingga mampu memaknai setiap jengkal kehidupan sebagai harta yang begitu berharga untuk menjadikan hidup semakin hidup dalam setiap langkah ke depan. 

Kebajikan yang bertumbuh kembang dalam pikiran dan nurani setiap pribadi menjadi awal dan modal yang begitu meyakinkan untuk hidup sebagai pribadi yang unggul dan hidup dalam komunitas dengan nilai-nilai luhur yang saling mengembangkan satu sama lain. 

Sejatinya kebajikan menjadi kewajiban yang harus ada di dalam diri, relasi dengan sesama, dan adaptasi ekologi semesta.

Illustrasi. bobo.grid.id
Illustrasi. bobo.grid.id
Harus diakui bahwa begitu banyak manusia dapat menjabarkan dan mengurai kebajikan dalam definisi yang sederhana hingga sampai esensi filosofisnya dalam sebuah kerangka teori dan diskusi mendalam yang membawa akal budi manusia pada kedalaman intelektualitas. 

Kajian ini tidaklah salah, bahkan dibutuhkan untuk tetap mempertahankan benang merah kebajikan dalam perjalanan historis dari masa ke masa dengan corak dan karakter peradaban yang berbeda dalam penekanan dan peristiwa. 

Kajian ini juga menjadi penting sebagai refleksi sejarah peradaban yang memberikan penelusuran perkembangan manusia dalam usaha memanusiakan manusia dan mengkolaborasi semesta.

Akan tetapi, esensi dari pemahaman dan refleksi sejarah pemikiran manusia tentang kebajikan tidak sebatas dalam kata-kata dan diskusi panjang-mendalam saja ataupun uraian ilmiah yang menginspirasi, namun diperlukan daya upaya yang mengusahakan kesatuan hati dan budi manusia dalam kemanusiaan yang beradab. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun