Sopan santun bukanlah tanda kelemahan, dan ketulusan selalu perlu dibuktikan. (John F. Kennedy)
Hidup bukanlah sebuah kebebasan yang tidak mengenal batas sehingga setiap pribadi bebas semaunya dalam berekspresi dan berapresiasi dalam dinamika kehidupan ini.Â
Kebebasan yang seperti itu adalah keliaran yang siap menggulung peradaban dengan anarkisme dan brutalisme yang pada akhirnya humanisme mati lenyap dalam dunia yang rumit ini.Â
Bebas dan liar sejatinya berbeda dalam konteks kemanusiaan dan keberadaban dunia yang memiliki tatanan jejaring sosial yang terhubung dengan setiap pribadi yang hidup.
Kebebasan dalam hidup sesungguhnya sebuah kesempatan bagi setiap pribadi untuk mengembangkan diri, menjalin komunikasi dengan sesama, berbagi empati dan simpati dalam kepedulian dengan sesama, dan memaknai dunia sebagai komunitas penuh makna yang menghidupi nilai-nilai kehidupan.
Oleh karena itu, kebebasan itu tetap memiliki batas-batas sebagai paradigma hidup yang menjadi kesepahaman bersama dalam sebuah komunitas dunia yang beraneka ragam karakter dan latar belakangnya.Â
Batas-batas itu bukanlah pengekang manusia untuk berkembang, justru sebaliknya menjadi kerangka bersama dalam bergerak dan berdinamika dalam kehidupan.
Semakin jelaslah bahwa hidup tanpa kebebasan pastinya menjadi sebuah penindasan terhadap pengembangan potensi diri dalam kerangka pribadi dan jejaring sosial, dan kebebasan tanpa batas pastinya menjadi dunia liar yang menghancurkan tatanan sosial dan memporakporandakan nilai-nilai luhur kehidupan.Â
Hidup dengan kebebasan dalam batas-batas senantiasa menjadikan manusia hidup semakin lugas dan tuntas dalam menempatkan diri dalam berbagai kondisi dan konteks kehidupan yang ada.
Hukum rimba sejatinya tidak berlaku dalam kehidupan manusia dalam tatanan sosial yang bernalar, berhati, dan peduli pada sesama. Hukum rimba hanyalah milik dunia satwa yang mengimplementasikan keliaran sebagai supremasi kehidupan yang menentukan kuasa dan otoritas mengalahkan yang lain.Â