Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (49): Menjadi Manusia Mendalam dalam Kebaikan dan Kebajikan

13 Agustus 2021   04:05 Diperbarui: 13 Agustus 2021   04:04 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. www.doinglifetogether.com.au

Apabila seorang atasan mempelajari kebudayaan, maka ia akan menjadi seorang yang baik kepada orang lain. Apabila orang biasa mempelajari kebudayaan maka ia akan menjadi orang yang tertib. (Confusius)

Belajar dalam kehidupan adalah sebuah kesempatan baik untuk selalu mengembangkan diri terus-menerus demi memberikan keseimbangan hidup seiring dinamika kehidupan yang sangat kompleks dan penuh kejutan-kejutan. 

Belajar dari apapun dan siapapun adalah sebuah keharusan sekaligus proses memaksakan diri untuk membangun kebiasaan untuk mengeksplorasi intisari kehidupan dengan segala makna yang terkandung di dalamnya. 

Manusia tanpa pembiasaan belajar perlahan-lahan akan jatuh pada stagnasi kehidupan yang justru membelenggu pikiran dan perasaan dalam segala keterbatasan yang menyesakkan.

Tidak ada batas akhir untuk berhenti belajar dalam kehidupan ini, kecuali maut atau batas usia yang menandainya. Belajar akan memberikan dampak yang positif tatkala ada kerendahan hati di dalamnya untuk menikmati dan memaknai hidup ini. 

Ada begitu banyak sumber belajar dalam kehidupan ini, tak terbatas jumlahnya. Belajar pun tidak mengenal posisi atau jabatan, usia, status sosial, atau pun latar belakang karena siapapun yang hidup sesungguhnya memiliki kemampuan untuk belajar sehingga tinggal mengerakkan kemauan di dalam hati.

Illustrasi. www.123rf.com
Illustrasi. www.123rf.com
Belajar dari lingkungan sekitar menjadikan manusia peka dan peduli pada kebutuhan dan karakter orang lain sehingga melahirkan toleransi, kesantunan, simpati, empati, dan keguyuban. Pribadi berkembang dalam kerangka lebih besar di mana pikiran dan perasaan terlibat dalam komunitas manusia yang mempertemukan berbagai karakter dalam jejaring bersama. 

Ada olah antar rasa, olah antar raga, dan olah antar budi yang mempertemukan perbedaan dan keragaman dalam relasi yang mau tidak mau harus terjadi. Konflik, kesatuan, ataupun kolaborasi merupakan warna-warna kehidupan dalam relasi yang begitu unik dan beragam itu.

Perbedaan dalam kehidupan bukanlah alasan untuk mempertentangkan dan menjadikannya masalah yang merusak relasi dan keguyuban, justru perbedaan adalah kekayaan yang begitu berharga untuk saling melengkapi sekaligus menjadi kesempatan yang istimewa untuk saling belajar menghargai satu sama lain sebagai manusia yang berharkat dan bermartabat. 

Dalam perbedaan ada peluang untuk belajar banyak dan mendalam sehingga mengembangkan dan mendewasakan diri dari perbedaan yang ada. Sebuah kemustahilan bahwa setiap manusia harus sama dan seragam dalam kehidupan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun