Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (23): Memurnikan Arti Kebahagiaan Lewat Kematangan Jiwa yang Memberi

8 Juli 2021   04:04 Diperbarui: 8 Juli 2021   04:12 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. peacefulscience.org

Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat anda berikan, bukan pada yang anda peroleh. (Mohandas K. Gandhi)

Kebahagiaan mudah terungkap sebagai narasi atas keadaan yang menerangi hati dan budi sehingga nadi begitu riang mengalirkan darah kehidupan. 

Kebahagiaan terucap dengan kata-kata yang mengguratkan deskripsi kehidupan yang penuh warna dan ceria. Kebahagiaan melarutkan segala rasa duka dan pikiran kelam, selanjutnya melupakan kekelaman itu di ujung jalan tanpa ada niat untuk menolehnya kembali dalam kedipan mata.

Kebahagiaan terkadang berdiri begitu egois dalam kegalauan hidup. Kebahagiaan menjadi begitu euforistik mencurahkan rasa dan asa serasa pertandingan sudah usai dan piala ada dalam genggaman tangan yang tak ingin berbagi dengan siapapun dan tentang apapun. 

Semua menjadi penonton yang hanya bisa menyodorkan wajah penuh makna dalam bibir terhimpit yang tak mampu menjerit. Semua hadir tanpa kuasa apapun untuk menikmati secuil euforia itu karena semua itu hanyalah pelengkap sempurna atas selebrasi hidup ini.

Illustrasi. www.conehealth.com
Illustrasi. www.conehealth.com
Pada waktunya biarlah kebahagiaan itu begitu murah hati bagi siapapun, di manapun, dan kapanpun. Biarlah dia mengalir dan mengalir tiada henti bagi siapapun yang menengadah tangan asanya pada sebuah harapan dan impian untuk hidup yang lebih berharkat dan bermartabat. Senantiasa kebahagiaan begitu simbolik yang menggerakkan jiwa siapapun untuk berbagi dan berbagi dengan tulus dan jujur. 

Kebahagiaan tidak lagi menjadi kepemilikan egois atas segalanya, namun sebaliknya menjadi kerelaan berbagi karena orang lain bisa merasakan kebahagiaan pula dalam kenyamanan dan ketenangan hidupnya.

Manusia yang bahagia adalah manusia yang secara total dan loyal memberi simpati dan empatinya pada sesama tanpa harus menghitung seberapa banyak yang akan kembali padanya kelak. 

Manusia yang bahagia pastinya sudah beres dengan dirinya sendiri sehingga tak ada lagi iri, dengki, benci, dan segala kebrutalan jiwa yang merusak diri dan relasi dengan sesama. 

Lepas bebas tanpa keterikatan diri pada hal-hal duniawi akan memberikan jiwa dan raga yang sehat, yang mampu mengulurkan tangan pada sesama dan semesta untuk mengusahakan kebahagiaan bersama yang penuh kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun