Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (6): Mari Menata Nasib Hidup, Bukan Hanya Menantinya

3 Juni 2021   18:18 Diperbarui: 3 Juni 2021   18:16 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.thebalanceeveryday.com

Nasib bukanlah masalah kesempatan, melainkan adalah masalah pilihan; nasib bukan sesuatu untuk ditunggu, melainkan sesuatu untuk dicapai. (William Jennings Bryan)

Banyak orang melebelkan segala kejadian dalam hidup dengan lebel "nasib". Sudah menjadi nasib, hidupnya menderita sengsara atau sebaliknya hidup dengan kelimpahan. Nasib mendapat berbagai kesialan dalam segala usaha kehidupan, atau sebaliknya selalu beruntung dan berhasil atas segala hal yang ingin dicapai. Nasib menjadi alasan yang tepat bagi manusia untuk membuat kesimpulan atas hidupnya.

Nasib layaknya jatah absolut bagi setiap manusia yang tidak dapat ditawar-tawar lagi karena sudah menjadi garis kehidupan yang tergambar dalam setiap lembar kehidupan manusia. Nasib serasa rumus kehidupan yang tidak bisa diubah lagi formulasinya karena ada kepastian hidup yang manusia tidak dapat mengubahnya karena tidak ada kuasa dan kemampuan untuk melakukannya. Nasib menjadi penantian yang tak menentu atas kehidupan manusia. Ini mengerikan dan meresahkan jiwa manusia karena manusia harus terkunci dalam kediktatoran nasib yang terus-menerus akan menjerumuskan manusia dalam kegelapan hidup yang membutakan arti perjuangan dan kegigihan dalam hidup.

Sejatinya nasib mendapat lebel positif dalam kehidupan manusia. Perubahan paradigma atas nasib harus terjadi dalam logika berpikir dan bernalar manusia agar nasib menjadi sesuatu yang menggerakkan jiwa dan raga, bukan justru melumpuhkan dalam penantian yang semu. Setiap manusia memiliki pilihan dalam hidup, bernasib baik atau buruk. Tatkala manusia memilih diam dan meratapi keadaan tanpa harapan dalam hidup, maka nasib buruk akan menemani manusia seiring dengan pikiran dan perasaannya. Namun ketika manusia memilih bersemangat, optimis, dan mengusahakan hidup dengan kegigihan, maka nasib baik akan menjadi akibat dari pilihan hidup positif tersebut.

Ilustrasi. exechunter.com
Ilustrasi. exechunter.com
Menata hidup setiap hari adalah sebuah keutamaan dalam mengusahakan nasib baik dalam kehidupan. Mulai dari bangun pagi, membuka mata dengan penuh syukur atas kehidupan adalah sebuah modal terbaik menata hari menuju nasib baik. Melangkahkan kaki beranjak dari tempat tidur dengan semangat merupakan awalan yang menggairahkan untuk menjalani aktivitas sehari dengan segala dinamikanya. 

Berpikir positif dan berolah rasa dewasa menjadi percikan-percikan inspirasi hidup yang menggerakkan kebaikan-kebaikan dalam hidup yang menghidupkan komunikasi dan relasi yang menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan. Menikmati malam dalam istirahat yang hening dan tenang penuh pemaknaan atas pengalaman sehari adalah puncak menata hidup sehari yang melibatkan Sang Pencipta dalam rasa penuh syukur dan terima kasih atas segala anugerah-Nya. Sebuah harapan, esok lebih baik dari hari ini.

Nasib sesungguhnya sesuatu yang harus selalu diusahakan, bukan sekadar dinanti dalam ketermanguan yang tak menentu datang dan perginya. Apa yang kita pikirkan dan rasakan, apa yang kita usahakan, bagaimana kita menjadikan pikiran-rasa-impian nyata dalam hidup, adalah sebuah pilihan untuk menciptkan dan mencapai nasib itu sendiri. Nasib baik atau buruk, rupanya berawal dari diri kita sendiri, bukan dari orang lain atau bukan pula dari sesuatu yang kita tidak tahu asal-muasalnya. Mari mengusahakan nasib hidup kita. Tidak ada kata terlambat, mulai saat ini dan di sini. Ayo.

Ilustrasi Menulis Makna. generationnomads.com  
Ilustrasi Menulis Makna. generationnomads.com  
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun