Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tatkala Fajar (19): Pagar, Tak Bisa Memilih Tapi Tetap Bertanggung Jawab

3 Juni 2021   04:04 Diperbarui: 3 Juni 2021   04:34 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdiri tegak di antara dua dunia. Menanti tanpa tahu apa yang ditunggu. Hidupku hanya seperti ini, bersama keluargaku yang saling menegakkan satu sama lain. Saling mendukung membuat kami kuat, meskipun kami semua telah tua dan berkarat. Aku dan kebanyakan orang hanya saling menatap tanpa ada perhatian lebih, seolah-olah kami ada di dunia yang berbeda. Kami juga memiliki teman yang peduli terhadap kami, yaitu pohon. Pohon meneduhkan sebagian keluarga kami dari panas terik.

Aku selalu berada di sini, tak pernah pergi. Menghadapi hujan badai dan panas yang terik. Sedih perasaan ini, tak pernah ada yang peduli pada nasib kami yang kesakitan terbakar oleh panas matahari dan hujan serta angin kencang yang menerpa kami, sedih rasanya harus terikat dalam semen dan las-lasan yang dibuat oleh orang agar kami tetap berdiri tegak. Kapan pun waktunya, yang ada hanyalah aku dan keluargaku menatap bulan di malam gelap dan matahari di antara awan.

Hidup yang aku jalani ini mungkin memang terlihat berat, namun bagiku hidup yang berat ini tak begitu terasa karena kami saling berpegangan satu sama lain, berdiri tegak bersama-sama melewati segala rintangan dan masalah yang ada. Aku juga senang ketika ada banyak binatang yang menghampiri diriku, berada di dekatku, dan mewarnai hidupku. Tak jarang pohon-pohon di sekelilingku menjagaku dari panas. Suara angin, kicauan burung dan teriakan orang di lapangan menjadi lantunan musik indah yang memecah sepi.

Hidup yang aku alami hingga hari ini, mungkin telah merupakan takdir yang tak dapat dihindari. Andai aku diberi kesempatan untuk merubah takdir itu sendiri, aku ingin lebih diperhatikan orang. Aku ingin memiliki lebih banyak lagi teman yang menemaniku dalam hari-hari hidupku dan aku ingin bebas dari ikatan ini dan melihat dunia yang luar biasa luasnya itu. Yang terpenting adalah aku ingin hidupku lebih berguna bagi orang lain dan tidak menyusahkan mereka.

Di sisi lain, aku bangga akan hidupku ini. Mungkin tanpa aku berdiri tegak di sini, kaca-kaca gedung telah pecah karena terkena bola dari lapangan. Mungkin tanpa aku disini, tak ada lagi tanaman --tanaman indah yang berlindung di belakangku. Andai saja aku tidak ada di sini, mungkin orang-orang tidak akan melihat burung-burung yang hinggap di tubuhku. Memang hidupku terlihat tak bermakna, hanya diam dan menunggu, namun semua yang ada di sekelilingku membutuhkan aku dan aku membutuhkan mereka. Itulah yang membuatku bangga akan hidup yang aku jalani ini.

Ilustrasi. www.jigzone.com
Ilustrasi. www.jigzone.com

Inilah hidupku, jika aku bisa dilahirkan kembali aku tidak akan memilih lahir sebagai pagar antara lapangan dan gedung itu. Aku pasti akan memilih yang lain yang lebih berguna seperti pesawat terbang sehingga aku dapat melihat dunia yang aku mimpi-mimpikan itu. Namun, apa yang bisa aku perbuat? Aku tidak diciptakan untuk melawan takdir ini. Mungkin aku akan tetap di sini, sampai nanti aku rapuh dan roboh. Tetapi aku yakin bahwa hidup yang tidak aku ingini ini akan menjadi inspirasi bagi banyak kalangan. Aku pun menyadari meskipun kita berada posisi yang tidak kita sukai, namun hidup harus tetap dijalani dengan penuh semangat dan jerih payah. Pesan inilah yang harus ditangkap semua orang sehingga bagiku hidup yang tidak aku ingini ini akan terasa lebih bermakna. Ini aku, pemisah lapangan dan gedung, akulah pagar. 

Why#thE

*Tatkala Fajar: adalah sebuah kisah reflektif yang belajar kebijaksanaan dari benda-benda yang ada di sekitar manusia. Semesta benar-benar begitu kaya akan kebijaksanaan hidup dan menjadi kesempatan bagi manusia untuk mendewasakan diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun