Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Makna (3): Hidup Harus Diusahakan dan Diperjuangkan

31 Mei 2021   18:18 Diperbarui: 31 Mei 2021   18:51 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang memperjuangkan apa yang seharusnya dihindari, dan tidak memperjuangkan apa yang seharusnya diperjuangkan; melepaskan apa yang baik dan melekat pada apa yang menyenangkan, akan merasa iri terhadap mereka yang tekun latihan.(Sidharta Gautama)

Hidup terkadang menjadi sebuah manajamen fatal atas pikiran dan energi. Pikiran terkuras untuk sesuatu yang tidak seharusnya menjadi buah ide untuk kehidupan yang hakiki. Bahkan energi manusia perlahan-lahan melemah untuk melakukan banyak kesia-siaan yang seolah-olah esensi dari makna kehidupan sejati. Satu hari, 24 jam, 1.440 menit, 86.400 detik, mengalir begitu saja tanpa ada urgensi untuk menjadikannya bermakna di saat kesadaran masih bisa membentuk kerangka kolaborasi pikiran, rasa, dan tindakan.

Kata-kata yang terucap menembus ruang dan waktu tanpa membangun makna hakiki pada kebermaknaan hidup sebagai pribadi, keluarga, komunitas ataupun yang lebih luas lagi. Kata-kata terlepas dari mulut tanpa relevansi makna dan tujuan sehingga menjadi tuturan yang kehilangan esensi sebagai manusia penuh kebijaksanaan. Kata-kata tak jarang menusuk rasa dan menghancurkan relasi karena tidak ada kesatuan hati dan budi dalam mengurai dan merangkainya. Kata-kata benar-benar kehilangan jati diri pada manusia yang tersulut api tanpa arti yang merajut hati.

Perilaku pun tak jarang menjadi simbol egoisme prinsip diri yang begitu kaku. Perilaku jauh dari toleransi dan apresiasi pada kesemestaan dunia dan komunitas insani. Lebih parah lagi, perilaku menjadi aktualisasi diri pada idealisme semu yang pada akhirnya menjatuhkan harga diri sebagai manusia yang mulia. Banyak manusia sibuk memikirkan dan menuntut orang lain namun lupa pada karakter diri sendiri yang jauh dari keluhuran sebagai kesatuan hati dan budi.

Ilustrasi. blowingthoughts.home.blog
Ilustrasi. blowingthoughts.home.blog
Sudah waktunya manusia memperjuangan apa yang harus diperjuangkan. Mengembangkan diri menjadi lebih baik adalah sebuah keutamaan sehingga berdampak baik bagi sesama dan lingkungan. Manusia sudah seharusnya bertanggung jawab atas segala talenta hidupnya sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi keluarga, komunitas, lingkungan, atapun masyarakat. Lebih dalam lagi, manusia siap lepas bebas dari berbagai kelekatan-kelekatan yang menjadikan dirinya semakin kerdil, picik, dan buta hati nurani.

Pikiran yang baik, hati yang bersih, perilaku yang santun, merupakan kolaborasi diri yang hendaknya selalu diusahakan dan diwujudkan dalam pribadi setiap orang. Berbahagia tatkala melihat orang lain bahagia, bukan menjadi iri hati dan berprasangka buruk. Peduli tatkala melihat sesama berkesusahan, bukan menjadi sombong karena merasa hidupnya lebih baik dan beruntung namun tak ada niat untuk mengulurkan bantuan. Berempati tatkala melihat orang lain dalam kesedihan mendalam, bukan menjadi sinis karena beranggapan itu semua hanya kepura-puraan untuk menarik perhatian dan belas kasih.

Hidup harus diusahakan dan diperjuangkan. Kini, tiba waktunya untuk memperjuangkan kesatuan hati, budi, dan perilaku dalam diri kita masing-masing. Saatnya manusia kembali pada esensi kehidupan, yakni: bersyukur atas hidup, mengusahakan kebaikan, dan berserah pada Sang Pencipta. Mari Bertekun dalam Makna!

Ilustrasi Menulis Makna. www.twenty20.com
Ilustrasi Menulis Makna. www.twenty20.com
@Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun