Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (75): Hariku, Seninku, dan Rasaku

30 April 2021   04:04 Diperbarui: 30 April 2021   04:35 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.alamy.com

Satu hari terasa hanyalah sebuah urutan peristiwa yang dimulai pagi di kala fajar dan berakhir di kala malam dalam pembaringan yang menghantar pada alam mimpi. Hari-hari bisa saja berjalan sama setiap waktunya. Yang berbeda adalah bagaimana kita memandang dan memperlakukan semuanya itu dalam olah rasa dan asa.

Pagi itu, teriknya sinar matahari dan birunya langit menyambut mataku yang sedang setengah terpejam. Aku masih ingat indahnya cahaya bulan tersenyum padaku sebelum aku tertidur. Dan tak terasa hari sudah berganti. Aku pun mengawali hariku dengan bersyukur kepada Tuhan atas hari yang cerah ini. Setelah itu aku langsung memasukkan buku-bukuku yang kupelajari kemarin ke dalam ransel kecilku. Lalu aku mandi dan tak lupa aku memakan semangkuk sereal serta meminum segelas susu ketika sarapan. Segera kuambil sepedaku dan segera kukayuh dengan cepat karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan yang artinya aku sudah cukup kesiangan.

Aku pun melewati sungai-sungai, pepohonan yang hijau, dan ilalang yang tumbuh dengan liar yang membuat hatiku sangat tenang. Pagi itu suasana di desaku sangatlah tenang. Dan akhirnya aku pun mulai menuju keluar dari desaku karena sekolahku berada di kota. Sesampainya di kota aku melihat banyak sekali motor dan mobil yang sudah ramai berlalu lalang. Aku juga melihat banyak sekali menara dan gedung-gedung tinggi. Daerahku sudah berevolusi dari dulunya hanya ada desa-desa yang cukup sederhana sekarang sudah berubah menjadi sebuah kota yang megah yang dipenuhi gedung-gedung tinggi di dalamnya.

Akhirnya sampailah aku di sekolah. Entah kenapa suasana di sekolah saat itu sangatlah sunyi sehingga aku pun bisa mendengar suara daun-daun kering yang berjatuhan dan adapula suara penjual koran di trotoar lampu lalu lintas yang jaraknya cukup jauh dari sekolahku. Lalu aku memasuki kelas pertamaku di hari itu yaitu kelas komputer. Sesaat sesudah masuk kelas aku pun terkejut karena aku melihat cairan berwarna merah seperti darah berlumuran di salah satu ubin. Setelah kudekati, ternyata itu hanyalah tinta printer yang bocor tumpah. Lalu aku mengambil lap dan aku pun membersihkannya. Setelah itu aku pun mulai mengikuti kelas komputer. Sebenarnya aku cukup senang dengan pelajaran komputer, namun untuk materi pemrograman ini aku agak sebal karena aku sering gagal ketika latihan. Hanya karena selisih satu koma atau titik saja dapat berakibat fatal sehingga bisa membuat program yang kita kerjakan gagal.

Ilustrasi. www.freepik.com
Ilustrasi. www.freepik.com
Dan benar saja, hampir saja aku gagal karena sebuah titik. Tetapi untungnya saat itu mataku cukup jeli sehingga aku pun langsung membetulkannya. Akhirnya aku pun dapat menyelesaikannya dengan baik. Lalu aku beranjak ke kelas berikutnya yaitu kelas biologi. Dan ternyata pelajaran bertempat di halaman sekolah karena materinya membahas tentang rantai makanan dan keseimbangan ekosistem. Hal itu ditujukan agar kita dapat melihat secara langsung kehidupan di sekitar sekolah. Segera aku menaruh tas dan botol minumku ke dalam kelas dan aku pun beranjak ke halaman. Sesampainya di halaman, awalnya kami diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai materi itu. Kami juga ditunjukkan sebuah diagram lingkaran warna yang di dalamnya terdapat rantai-rantai makanan dan lingkungannya. Setelah itu kami diperbolehkan untuk mengamati lingkungan dan ekosistem yang ada di sekolah kami.

Setelah pelajaran selesai aku bergegas menuju kantin dan langsung memakan sepiring nasi dan menyeruput sebuah gelas berisi es teh. Tak lama bel istirahat berakhir pun berbunyi dan aku langsung mengambil ranselku dan menju ke kelas terakhirku yaitu kelas sejarah. Pelajaran kali ini membahas tentang peradaban manusia pada zaman dahulu di mana dulu manusia mencari makan dengan cara berburu menggunakan panah dan tombak. Kami juga diajarkan bagaimana cara mereka bertahan hidup. Tak terasa bel tanda pulang sekolah akhirnya berbunyi. Segera aku membereskan bukuku, memasukkan kursi, dan langsung bergegas ke parkiran untuk menemui sepedaku. Setelah sampai di parkiran, aku langsung mengambil sepedaku dan kukayuh dengan cepat keluar dari sekolah. Sungguh hari yang melelahkan bagiku, Senin.

*WHy-reIN

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun