Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tatkala Fajar (6): Cermin, Kesetiaan dan Keteguhan pada Rasa Peduli

26 April 2021   04:04 Diperbarui: 26 April 2021   06:55 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.hgtv.com

Hariku, hari ini tidak semenarik hari-hariku biasanya. Suara gemuruh dan air hujan yang menyentuh tanah mulai terdengar. Memang, aku tidak terguyur hujan dan masih mendapat penerangan dari cahaya lampu. Namun, diriku yang hanya menggantung di dinding tanpa bisa bergerak ini merasa bosan. Rasanya orang-orang yang biasaya lalu lalang dan berhenti barang sebentar untuk melihatku makin berkurang saja. Sebenarnya hal ini bisa kuatasi. Aku memiliki banyak teman dan kami selalu bersama dalam suka maupun duka.

Suasana hujan dan suaranya membuatku mengingat kembali bagaimana hidupku selama ini. Aku ingat kembali saat itu. Saat itu hariku berjalan seperti biasa. Hatiku tenang tak tahu apa yang akan menimpaku. Di tengah kesibukanku hari itu, tiba-tiba tubuhku merasakan sakit yang luar biasa. Rasa sakit itu hampir tak tertahankan serasa badanku hancur berantakan. Memang kenyataannya begitu, badanku terkena lemparan bola yang datang entah dari mana. Bola itu datang dengan secepat kilat menghancurkan badanku yang rentan. Tubuhku yang sudah tidak berdaya ditinggalkan begitu saja oleh orang-orang.

Sekarang  segalanya tentu sudah membaik. Ada orang yang masih peduli denganku. Orang itu menyembuhkan lukaku dan merawatku setiap hari. Di akhir hari saat diriku sudah lelah dan kotor ada orang yang mau merawat maupun membersihkanku. Hal ini memberiku semangat baru setiap harinya untuk menjalani hidup. Belum lagi membayangkan apa yang akan terjadi esok hari. Setiap harinya selalu saja ada hal-hal baru. Itu membuatku tetap penasaran apa yang akan terjadi esok hari dan seterusnya. Mengalami semua itu sudah mampu menyenangkan hatiku. Mendengarkan pujian orang-orang itu juga hal kecil yang sangat aku sukai.

Terkadang terlintas di benakku pertanyaan yang selalu kupikirkan. Apa impian terbesarku? Sampai saat ini aku hampir selalu baik-baik saja dan tidak banyak orang yang merendahkanku. Hari yang biasa saja. Kurasa aku berharap semua hariku seperti itu. Diam dan menjalankan tugasku sambil menyaksikan orang-orang. Kini juga terbersit di pikiranku tentang bagaimana rapuhnya diriku. Mungkin terlalu konyol bagiku untuk bermimpi menjadi kuat dan kokoh. Menjadi kuat artinya tidak menjadi diriku. Maka dari itu mungkin harapanku hanyalah bisa menyelesaikan tugasku dengan baik dan jika nantinya digantikan, semoga yang menggantikanku mampu menjalankan tugas dengan baik pula.

Ilustrasi. akurat.co
Ilustrasi. akurat.co
Selalu kuat tergantung dan setia menjalankan tugasku, mungkin itu hal yang bisa kubanggakan. Aku yakin tidak semua orang mampu menjalani apa yang aku jalani. Aku tak yakin mereka mau berdiam diri dan menunggu orang berlalu lalang. Aku tak yakin ada yang mau menjalani penderitaanku. Maka dari itu, menjadi seseorang yang teguh pada pendirian dan setia pada tugas bukanlah sesuatu yang mudah. Aku sebagai sosok yang bisa menjalani itu, merupakan suatu kebanggaan tersendiri.

Pada akhirnya aku bahagia dan menikmati hidupku yang sekarang. Meski telah mengalami penderitaan yang berat pun, aku tetap mencintai hidupku ini. Aku bersyukur punya banyak teman yang setia menemaniku setiap saat. Aku bersyukur mampu menjadi sosok yang setia pada tugasku. Aku bersyukur atas orang-orang yang telah peduli untuk merawatku. Aku bahagia telah terlahir menjadi diriku. Aku bahagia melihat orang lain bahagia. Jika aku bisa dilahirkan kembali aku akan tetap memilih menjadi diriku, menjadi cermin.

Why#iVi

*Tatkala Fajar: adalah sebuah kisah reflektif yang belajar kebijaksanaan dari benda-benda yang ada di sekitar manusia. Semesta benar-benar begitu kaya akan kebijaksanaan hidup dan menjadi kesempatan bagi manusia untuk mendewasakan diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun