Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (70): Revolusi Waktu

16 April 2021   04:04 Diperbarui: 16 April 2021   04:09 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Urwashi Tyagi via desipainters.com

Waktu terus berjalan setia mengiringi berbagai kisah manusia. Tak jarang waktu meninggalkan kisah manusia yang terjebak pada keegoisan diri. Terkadang kisah lama terulang dalam kekinian seolah manusia kembali pada waktu yang lampau. Inilah sebuah konspirasi hati pada waktu. 

Aku senang membaca buku yang dapat membawaku ke dalam ceritanya. Banyak sekali buku yang sudah aku baca selama aku hidup. Aku sering membacanya di balkon kamarku sambil sesekali mataku melihat ke arah langit malam. Bintang-bintang di sana membuatku tenang, bahkan saat aku terkena masalah, sedihku hilang saat aku memandang keindahan mereka. Contohnya seperti saat ini, aku dikecewakan oleh orang yang sangat kupercayai, aku ingin marah tapi kemarahan itu segera menghilang setelah melihat mereka.

Hari semakin malam, aku berusaha melupakan bintang-bintang itu dan beralih pada buku sejarahku. Aku harus belajar untuk menghadapi ulangan sejarah tentang Revolusi Industri besok pagi. Saat aku sedang belajar, seketika mataku terasa berat dan tanpa sadar aku mulai bermimpi. Aku berada di sebuah desa yang asri dan sepi dengan hanya terdengar gemercik air dari sungai di dekatku berdiri. Tiba-tiba pandanganku memburam dan ketika menjadi jelas kembali aku sudah berpindah ke padang ilalang yang sangat indah. Seseorang menghampiriku, ia mengajakku ke sebuah menara di tengah padang itu. Ia terlihat sangat menawan dan seakan bersinar saat tertimpa cahaya rembulan. Keindahannya itu mampu memikat hatiku seketika.

Aku mulai menaiki tangga menara itu dengan sesekali dedaunan menggesek kulitku. Ia memimpin jalan di depanku sambil bercerita tanpa titik koma. Ketika ia berpaling padaku, samar-samar aku melihat seperti tinta merah di sudut bibirnya. Aku terdiam dan menjadi panik saat aku melihat tanganku berdarah-darah di genggamannya. Aku segera melepaskan genggamannya dan berlari secepat mungkin. Aku teringat berita yang aku baca di koran pagi tadi. Berita tentang seorang perempuan yang ditemukan meninggal secara misterius terkapar di pinggir jalan raya. Aku takut hal itu terjadi padaku.

Aku merasa berlari di dalam lingkaran, aku terus saja kembali ke halaman menara itu. Aku mulai putus asa sehingga langkahku melambat. Aku terantai di dalam mimpiku sendiri. Titik-titik air berwarna bening mulai menyusuri pipiku. Aku menangis tanpa suara sehingga aku tersandung botol dan tersungkur di pinggir jalan. Aku teringat salah satu novel yang pernah aku baca, cerita di dalamnya persis seperti yang aku alami sekarang, hanya saja aku lupa bagaimana akhir dari cerita itu.

Aku tidak sengaja melihat ke atas dan kutemukan bintang-bintang yang setia menemaniku. Aku malu pada bintang-bintang itu. Mereka telah ada jauh sebelum peradaban manusia ada, tetapi mereka tidak pernah putus asa dan tetap bersinar hingga sekarang. Aku mendengar suara seperti langkah kaki yang menyeret kertas atau mungkin dedaunan mendekat ke arahku. Pikiranku seperti gelas kosong yang hampa. Hatiku yang terpanah dan terantai oleh keindahan, sekarang telah diremukkan oleh kekecewaan. Ia muncul, mendekat dan berjongkok di depanku. Seketika ia mencium leherku dan menancapkan giginya yang runcing di sana. Ia menghisap darahku hingga pandanganku semakin memburam dan berakhir gelap. Aku tersentak saat bangun pada paginya. Aku mengecek leherku dan lega saat tidak ada bekas gigitan. Aku ngeri saat mengingat mimpiku yang aneh tapi juga membekas di hatiku.

*WHy-oVa

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun