Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seri untuk Negeri (9): Pendidikan Lokal Khas Semarang

11 April 2021   04:04 Diperbarui: 11 April 2021   07:43 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.lovethispic.com

Pendidikan merupakan elemen penting bagi sebuah bangsa untuk menuju pada peradaban dan internalisasi moral yang humanis dan integratif.

Michael Fullan (1993) dalam bukunya Change Forces sangat kuat menekankan bahwa pendidikan hendaknya berfokus pada membangun masyarakat pembelajar yang humanis. Sisi humanisme benar-benar menjadi fokus dalam pengembangan pendidikan yang baik. Dengan kata lain, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia menuju taraf insani dalam lingkup komunitas sosial yang humanis dan pembelajar.

Semarang sejatinya adalah sebuah komunitas sosial yang penuh dengan kekayaan yang mengarah pada peradaban dan humanisme. Semarang sudah seharusnya menjadi sumber belajar yang menarik dan bermakna bagi pendidikan lokal Semarang. Hal ini juga sejalan dengan Paradigma Kurikulum yang memberi kebebasan untuk menggali secara mendalam segala sumber belajar di sekitar peserta didik untuk mendapatkan pemahaman, kesadaran, dan kegunaan dalam kehidupan nyata.

Pendidikan sudah seharusnya mengusahakan kedalaman intelektual dalam pembelajaran yang kontekstual dan reflektif. Kedalaman intelektual anak-anak di sekolah sudah seharusnya diolah melalui masyarakat sekitar, bukan melulu melalui buku teks atau teori-teori yang tidak mendarat dalam keseharian mereka.  

Kota Sumber Belajar

Semarang dengan segala keanekaragamannya adalah sebuah sumber belajar yang sangat otentik. Para siswa akan dihadapkan langsung dengan kenyataan, data, dan persepsi yang ada di masyarakat. Pembelajaran akan menjadi semakin dinamis dan sekaligus menantang bagi peserta didik dalam menemukan tingkat kebermaknaan dari sebuah pembelajaran. 

Grants Wiggins dan Jay McTighe (2005) dalam Understanding by Design menegaskan bahwa siswa benar-benar belajar tatkala mereka menemukan manfaat dan makna bagi kehidupan nyata mereka. Inilah yang sering terlupakan dalam proses pendidikan selama ini karena terjebak pada pembelajaran yang berorientasi nilai (skor) dan materi.

Berangkat dari sejarah dan peninggalannya, Semarang sangat kaya nilai-nilai historis dari zaman raja-raja hingga penjajahan modern, bahkan multiras dan agama. Pendidikan di Kota Semarang sudah waktunya memberi porsi yang besar pada dunia pendidikan untuk mengolah pemahaman, kecintaaan, dan internalisasi pada aspek-aspek historis di Kota Semarang. Bung Karno pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah bangsanya sendiri." Negara-negara maju dan modern menjadi bangsa yang kuat justru tetap mempertahankan peninggalan sejarah bangsanya dan menghidupi nilai-nilai historis bagi warga negaranya.

Pendidikan Sejarah lokal khas Semarang menjadi pondasi yang kokoh bagi generasi muda di Semarang untuk meneladani para pendahulu dan menjadikannya modal menatap masa depan dengan dunia yang penuh tantangan. Pembelajaran Sejarah bukan sekadar menghafal tanggal, bulan, tahun, nama, tempat belaka, namun pembelajaran Sejarah hendaknya masuk pada kedalaman intelektual secara reflektif sehingga mampu menggali nilai-nilai hidup dari setiap peristiwa dan peninggalan Sejarah. Inilah yang disebut dengan kebermaknaan pembelajaran Sejarah lokal khas Semarang yang ikut ambil bagian dalam membangun mentalitas bangsa.

Ilustrasi. jateng.inews.id. 
Ilustrasi. jateng.inews.id. 
Sumber belajar selanjutnya adalah kekayaan geografis Kota Semarang. Semarang yang berada di wilayah pantai utara merupakan sebuah keuntungan untuk dijadikan sumber belajar yang menarik bagi dunia pendidikan lokal dengan mengeksplorasi segala kekayaan dan fenomena geografis yang ada. Kedalaman intelektual dalam proses belajar yang kontekstual dan reflektif akan membantu peserta didik memahami lingkungannya secara nyata dan membangun kepedulian ekologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun