Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seri untuk Negeri (8): Bangsa yang Beradab, Bukan Biadab

8 April 2021   04:04 Diperbarui: 14 April 2021   19:45 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. galeri-lukisan-indonesia.blogspot.com

"Saya senang datang ke Indonesia karena alamnya begitu indah dan masyarakatnya ramah-ramah". Itulah ungkapan para pendatang asing dari berbagai negara di era 70-an hingga 90-an. Indonesia bak surga dunia yang selalu menjadi tempat idaman  untuk dikunjungi. Akan tetapi, semua itu berbalik saat era reformasi hingga sekarang. Indonesia menjadi tempat yang kurang ramah. Surga itu telah berlalu.

Sering kita mendengar ungkapan "Wisdom from the EAST, Smart from the WEST". Hal ini muncul karena pada masa lalu, orang selalu mempertentangkan antara nilai-nilai budaya barat dan timur. Sejarah telah menyaksikan potret pertentangan antara keduanya. Sepanjang sejarah, pertemuan antara Timur dan Barat lebih berbentuk persaingan, konflik dan perang daripada saling mengerti, bersahabat, dan kerja sama.

Dalam kebudayaan barat, akal budi (kecerdasan) dipandang sebagai kunci yang mampu membuka semua ruang tertutup. Budaya Yunani telah menjadi embrio pemilihan orang barat atas akal budi, yang memungkinkan manusia mengembangkan ilmu dan membebaskan manusia dari mitos-mitos. Dari kesemuanya itu, melahirkan keteraturan yang rasional dengan konsep-konsep yang jelas dan tegas sehingga lahirlah apa yang sering disebut hukum.

Pada sisi lain, Timur lebih menekankan intuisi daripada akal budi. Akibatnya, hatilah yang mempersatukan akal budi dan intuisi, intelegensia dan perasaan. Tampak jelas bagi orang timur, tujuan utama belajar adalah menjadi bijaksana. Dengan kebijaksanaan orang akan menghayati hidup lebih baik dan sempurna karena hidup merupakan seni yang sulit dan membutuhkan refleksi sepanjang hidup.

Oleh karena itu, dahulu masyarakat Indonesia sangat nampak ketimurannya itu lewat dinamika hidup bersama yang penuh kekeluargaan dan persaudaraan tanpa harus memikirkan untung-ruginya. Kebersamaan menjadi keutamaan sehingga sering kita dengar ungkapan "mangan ora mangan sing penting kumpul" (makan atau tidak makan, yang penting berkumpul). Namun semua itu perlahan-lahan luntur dan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan, egois, dan anarkis.

Kebijaksanaan Hesse

Perjalanan ke Timur (The Journey to The East) merupakan karya terbaik Hermann Hesse. Dia lahir di Jerman lalu pindah ke Swiss karena selama Perang Dunia I dia bergabung dengan organisasi perdamaian Romain Rolland untuk menentang perang dengan menulis beberapa skenario film antiperang dan novel. 

Dia juga bekerja sebagai editor pada dua surat kabar untuk para tahanan perang Jerman. Dia dianggap sebagai pengkhianat sehingga dia pindah ke Swiss. Hesse juga pernah menerima penghargaan hadiah Nobel Sastra untuk novel Magister Ludi pada tahun 1946.

Ilustrasi.www.theculturium.com 
Ilustrasi.www.theculturium.com 
Dalam novel ini digambarkan sang narator (penulis) mengembara melintasi ruang dan waktu demi mencari kebenaran tertinggi. Perjalanan ke timur adalah perlambang dari sebuah ranah kesadaran akan suatu kebijaksanaan dalam sketsa kebenaran sejati. Perjalanan itu menembus semua zaman, tidak hanya masa kini tetapi juga zaman pertengahan bahkan renaisans. Lebih dari itu, perjalanan ini juga menyatu dalam spirit tokoh-tokoh seperti Lao Tse, Pythagoras, Plato, dan lainnya. Satu titik bidik Hermann Hesse adalah membawa pembaca untuk bergerak menuju perkembangan spiritual.

Kata kunci yang dapat dipegang dari novel itu adalah kata "Timur". Timur sangat identik dengan sesuatu yang baik, nyaman, tenteram, damai, atau dalam bahasa Hesse identik dengan perkembangan spiritual manusia. Tentunya perkembangan menuju arah yang lebih baik dan humanis dalam kebenaran. 

Seruan Bersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun