Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (54): Metanoia...

20 Maret 2021   04:04 Diperbarui: 20 Maret 2021   04:17 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. beyondthewanderlust.com

Lingkaran kejadian ini terus berputar di kepalaku walau aku masih setengah sadar. Yang dapat kulihat saat itu hanyalah titik-titik cahaya yang tak beraturan di bola mataku. Warna gelap seakan hampir menyelimutiku karena aku hampir kehabisan darah. Kemudian mataku tertutup dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk beberapa waktu. 

Setelah itu, kembali rasanya aku seperti membuka mataku kembali, aku yakin ini pasti adalah sebuah khayalan yang membawa diriku ke sebuah tempat asing yang belum pernah kukunjungi sebelumnya. Sebuah halaman yang sangat luas dan indah, suasananya tenang dan sepi, seakan tidak ada manusia seorang pun selain aku di sini. Seketika aku tertarik menyusuri tempat asing ini. 

Kemudian aku menemukan sebuah botol kaca yang dirantai sebagai pengunci. Kuraih botol kaca itu dan ternyata ada tulisan namaku di rantai penguncinya. Kubuka paksa rantai itu, aku mendapati isinya seperti butiran pasir yang jika terhempas angin langsung menghilang layaknya abu.

Sungguh, aku tidak mengerti di mana aku ini. Kuberanikan diriku untuk terus mengitari halaman asing yang luas ini. Benar-benar sepi ternyata, tak ada manusia seorangpun yang kujumpai di sini. Yang kulihat hanyalah sebuah anak panah kecil tua berwarna emas yang menancap di batang pohon, mengingatkanku akan senjata yang digunakan untuk berperang saat peradaban kuno dulu. Tiba-tiba, aku mendengar suara yang memecahkan keheningan saat itu, suaranya nyaring seperti sebuah gelas yang terjatuh. Tunggu, aku harus mencarinya. Setelah menyusuri, aku menemukan sebuah rumah kecil yang terbengkalai, tapi anehnya seperti memancarkan cahaya putih dari dalam. Aku yakin benar bahwa suara itu tadi dari dalam rumah ini. 

Rerumputan menjalar di samping rumah itu, aku juga melihat beberapa perabot tua seperti kursi yang ditumpuk di sudut luar rumah. Aku semakin berjalan mendekat menuju rumah itu, aku tertegun ketika melihat secarik kertas yang menggantung di gagang pintu rumah itu, bertuliskan "Silakan masuk, nak. Ini sudah menjadi rumahmu saat ini dan untuk seterusnya." Dan dari situ aku kembali sadar dan merasakan bagaimana sesungguhnya surga itu.

*WHy-AuXe

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun