Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (49): Melankolia Oh Melankolia

13 Maret 2021   04:04 Diperbarui: 13 Maret 2021   04:07 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.artstation.com

Oh iya, sekarang sudah dibangun jalan raya antarkota yang melewati banyak rumah-rumah di pedesaan, mungkin aku bisa minta obat di sana.

Kurasa rantai sepedaku mulai menyerah dalam perjalanan ini, seperti bertemu tanda titik di sebuah kalimat. Kulihat sebuah rumah kecil di kanan jalan berwarna putih kusam. 

Mungkin ada orang yang tinggal di sana dan aku bisa minta obat sembari memperbaiki rantai sepedaku. Terasa samar karena sedikit lampu di halaman rumah itu, tetapi rasanya tak asing saat melewatinya. 

Botol-botol soda yang disusun melingkar di pekarangan depan rumah itu sangat familiar. Rasanya aku dulu pernah ke sini, tapi kapan tanyaku dalam hati.

"Permisi, ada orang?" kukatakan sambil kuketuk pintu depan rumah itu perlahan. Terkejut aku saat melihat perempuan muda yang membukakan pintu untukku. 

Dia adalah Maria, yang dulu aku bonceng di belakang sadel sepedaku ke Taman Bintang tiap sore. Aku dipersilakan duduk di kursi tamu dan diberikan obat dan air untuk mengobati lukaku. Kertas-kertas bergambar dari banyak peradaban manusia tersebar di atas meja kerjanya. Iya, ini benar Maria yang selalu menggaris dari gaya gambarnya. 

Tarikan garis tipis nan tegas itu adalah ciri khasnya yang tak hilang. Aku ditawari segelas teh hangat, dan kamipun akhirnya lanjut berbincang lama tentang masa lalu. 

Panah asmara yang dulu pernah menancap seolah akan kembali membuka luka lamanya lagi. Kuakui bahwa dahulu dia cinta pertamaku di SMA yang kandas saat dia berkata tidak ingin pacaran dahulu.

*WHy-yoG

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun