Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Senja (44): Langit Senja Itu

8 Maret 2021   04:04 Diperbarui: 8 Maret 2021   06:57 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.deviantart.com

Memandang langit semakin meneguhkan betapa agungnya Sang Pencipta dengan segala kuasa dan tata semestanya. Memandang langit membuat manusia belajar akan kesetiaan sejati yang selalu menemani semesta pagi, siang, dan malam. Langit menjadi saksi peradaban manusia.

Aku masih ingat betul langit malam itu, langit penuh bintang. Kukayuh sepeda tuaku sambil menikmati angin malam. Aku merasa seakan-akan menjadi tokoh utama di buku novel yang barusan aku baca. Sayangnya, hidup yang aku jalani tidak akan pernah seindah itu. Dalam kesunyian malam itu, mataku terbuka bahwa akan masih ada banyak masalah yang kuhadapi. Kadang aku berniat untuk mengakhiri ini semua dan itulah yang akan kulakukan sekarang.

Sepedaku terhenti di tepi sungai dan aku berusaha menenangkan pikiran serta hatiku. Aku turun dari sepeda dan duduk di lapangan yang penuh dengan ilalang. Dari situ aku bisa melihat kelap-kelip lampu di desa sebelah. Suasana kala itu sangat tenang dan aku terdiam mengamati menara yang ada di ujung sungai. Aku tak tahu satu hal pun mengenai sejarah menara itu. Tetapi, ibu dulu pernah berkata bahwa menara itu merupakan bekas dari era Revolusi Perancis. Hatiku pun menjadi tergerak untuk mencari tahu apa yang ada di dalam menara itu.

Malam itu aku bertekad untuk memasuki menara misterius itu. Segera aku mengambil sepeda dan mengayuhnya menuju jalan raya. Perjalanan itu seakan-akan tanpa koma, tidak kunjung selesai dan berhenti. Setelah sekitar 10 menit, akhirnya aku sampai di menara tersebut. Aku turun dari sepeda dan tiap kulangkahkan kakiku, suara daun kering menggantikan kesunyian tadi. Kulihat di atas pintu menara itu tertuliskan, "Dilarang masuk" dalam bahasa Perancis yang pernah aku baca di koran. Tulisan itu terlihat menyeramkan karena dituliskan dengan tinta yang menyerupai darah. Adrenalin dan keingintahuanku segera memuncak dan aku memberanikan diri untuk memasuki menara itu.

Ketika aku memasuki menara itu, aku melihat banyak botol alkohol berserakan. Aku juga melihat tangga spiral yang menuju sebuah pintu di lantai atas. Anehnya pintu tersebut berwarna merah darah dan gagangnya dirantai. Aku menaiki tangga dan sampai di depan pintu. Aku pun berusaha mengintip dari lubang lingkaran yang ada di pintu itu. Aku hanya bisa melihat warna kemerahan dan tiba-tiba pintu itu seakan mau terbuka. Aku berlari secepat mungkin untuk menuruni tangga. Hanya satu yang ada di pikiranku yaitu menuju titik terang dari pintu utama yang mengarah ke halaman.

Sebelum akhirnya aku keluar dari menara itu, tiba-tiba ada anak panah yang menembus tubuhku. Kaki-kakiku lemas dan pandanganku perlahan menjadi buram. Tak lama kemudian aku mendengar suara gelas terjatuh dan pecah. Aku pun berusaha sekeras mungkin untuk membuka mataku perlahan. Baru aku sadari, ternyata aku tertidur di kursi sambil memegang kertas latihan aritmatika. Setelah kupikir lagi, "Manusia mana yang masih menggunakan panah dan busur di peradaban modern ini?". Aku pun hanya menertawakan kecerobohanku dan mulai mengerjakan latihanku yang tertinggal tadi.

*WHy-CinD

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini.

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun