Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (19): Gadis Semanggi... Ohh Gadis Semanggi

11 Februari 2021   07:07 Diperbarui: 11 Februari 2021   07:12 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. artfinder.com

Jika hidup ini adalah sebuah pencarian akan sesuatu yang diinginkan, manusia tangguhlah yang mampu bertahan dalam perjalanan panjang menemukan apa yang dicari. Kesatuan hati dan budi menjadi kebijaksanaan hidup yang berharga bagi manusia tangguh dalam pencariannya.           

Pada suatu hari aku sedang membaca buku di ruang kelasku. Aku bukanlah seorang yang suka membaca buku walau terkadang orang tidak mengira begitu. Orang-orang mengira aku suka membaca karena mataku yang memakai kacamata. Hidupku dalam sehari-hari tidak seindah bintang dan tidak sebiru langit. Berbicara tentang langit biru tadi aku tertabrak oleh sepeda berwarna biru. Tentu saja aku tidak melihat siapa yang menabrakku karena kacamataku terjatuh. Namun, sepertinya ia seorang perempuan yang tidak kukenal karena ia hanya meminta maaf tanpa menyebut nama.

Aku mulai penasaran dengan siapa yang menabrakku tadi pagi. Aku merasa hatiku tidak akan tenang sebelum menemukan dia. Kalau dilihat sekilas mungkin dia bisa disebut gadis desa yang rupawan. Matahari telah terik menyinari bumi, menara lonceng pun berbunyi tanda pulang sekolah. Aku suka dengan petualangan namun terhambat karena kacamataku. Hari ini aku pergi ke sungai dekat rumahku yang penuh dengan ilalang. Di pinggir sungai itu aku melihat sebuah sepeda baru yang menabrakku tadi pagi. Aku penasaran dengan siapa pemilik sepeda itu namun aku masih takut mengetahui itu. Aku pernah membaca majalah yang berjudul Revolusi Cinta dan kuingat kembali isi dari majalah itu. Kurasa majalah itu ada hubungannya dengan sepeda biru tersebut. Aku pun bergegas pulang untuk mencari majalah tersebut.

Sesampainya di rumah kucari majalah yang membuatku penasaran itu. Kugeledah kamarku sampai menemukan majalah yang sudah luntur tintanya. Tidak putus asa aku membuka lembar demi lembar majalah sampai kutemukan sebuah lambang daun semanggi berdaun lima. Kubalik halaman selanjutnya menemukan sepeda biru itu dan sosok wanita yang kukagumi waktu kecil. Kurasakan darahku naik sampai kepalaku dan langsung bergegas berlari tanpa koma sedikit pun. Kulewati jalan raya sambil melewati penjual koran yang berkata "Gadis daun semanggi telah sampai di desa". Aku semakin yakin kalau dialah idolaku selama ini dan segera bergegas ke sungai tersebut. Sesampainya di sungai itu, dengan kelelahan kuterima kekecewaanku karena sepeda biru tersebut sudah hilang.

Dengan seluruh kekecewaanku aku kembali ke halaman rumahku duduk di sebuah ayunan ban yang berbentuk lingkaran. Segala usahaku seperti telah berujung titik tanpa hasil yang kudapat. Aku duduk dengan pikiran yang kosong karena segala impianku sirna. Aku menyukai dia sejak dulu berumur tidak jauh dariku namun dia sudah sukses di kota sejak kecil. Aku pergi ke dalam rumah dan mencari botol minum berwarna biru yang kubawa ke sekolah tadi pagi. Kucari-cari tidak ada dan aku merasakan rantai kesialan hari ini yang membuatku ingin marah. Kuingat-ingat kembali impian masa laluku yang begitu indah. Dulu aku memimpikan, mungkin saja suatu hari aku dapat mengobrol asik di ayunan lingkaran yang selalu aku mainkan sejak kecil.

Aku kembali lagi ke ayunan tercintaku untuk terus mengingat masa lalu. Namun kali ini aku tidak duduk di ayunan melainkan duduk di kursi yang menghadap ke arah ayunan tersebut. Kuambil secarik kertas dan segelas kopi lalu kumulai goresan demi goresan di atas kertas putih. Kugambarkan sebuah ayunan yang terlihat seperti telah melewati berbagai peradaban karena usangnya dan kutulis suratku kata demi kata. Aku merasa seperti manusia yang tidak berguna karena suratku juga tidak akan pernah sampai. Walau aku tidak mengenalnya, entah kenapa aku merasakan sakit hati yang begitu kuat seperti ditusuk oleh panah. Di sepinggang senja tiba-tiba ada seorang gadis memanggil aku dan berkata, "Apakah botol ini milikmu? Kucari alamat yang tertulis di botol dan karena warna biru yang kusuka". Saat aku menghadap ke wajahnya kaget sekali diriku. Gadis yang kusukai ada di depanku persis saat ini. Ia berkata kepadaku "Aku pergi dulu ya karena ada acara". Kutahan dirinya dan dengan sekuat tenaga aku memberikan suratku kepadanya "Ini untukmu", tidak ada yang dapat kukatakan lebih dari itu. Ia pun pergi dari hadapanku dengan tersenyum yang bagiku sangat berharga dan manis.

 

*WHy-tHOM

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini. 

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun