Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (13): Cerita Bertinta Duka

5 Februari 2021   07:07 Diperbarui: 5 Februari 2021   07:26 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi: fivver.com

Cerita hidup terkadang duka penuh derita yang tak kunjung berhenti, terkadang pula suka penuh canda tawa dan bahagia yang selalu menjadi pengalaman untuk dikenang. Hidup sesungguhnya bukan sekadar cerita duka atapun suka, tetapi hidup adalah menjadi inspirasi bagi siapa saja. Hidup yang menghidupi adalah hidup yang sesungguhnya.           

Suatu hari di pagi yang cerah, kubuka mataku, kutatap langit yang indah. Bersiap-siap, mandi, mengenakan seragam, dan kusiapkan bukuku, bersiap berangkat ke sekolah. Keluar dari kamarku, masih terngiang indahnya langit mimpiku yang penuh dengan bintang. Membayangkan indahnya hidup yang damai dan tenang dalam dunia mimpi. Meski kutahu, harus segera kukayuh sepedaku berangkat menuju sekolah, menimba ilmu. Tentunya, tak lupa kucium tangan kedua orang tuaku, memohon doa dan restu mereka. Satu hari baru di tahun ini, sebuah tanggung jawab yang kuemban sampai lulus nanti.

Aku, Beni, seorang anak desa yang punya mimpi tinggi. Berawal dari hal yang mustahil, menuju sekolah, tempat awal bagiku untuk mewujudkan mimpiku. Melalui lika-liku kehidupan bagaikan membabat padang ilalang, menatap jauh kemajuan kota dengan menara dan gedung-gedung tinggi. 

Juga, bagaikan mengarungi derasnya aliran sungai, serasa mustahil bagi seorang anak desa mewujudkan mimpinya. Demikianlah pengolahan hati terjadi dalam pikiran dan hatiku, serasa tak ada harapan lagi. 

Namun, ketekunan menghasilkan revolusi untukku mewujudkan mimpiku, berinovasi dan meraih cita-citaku. Pantang menyerah, demi satu tujuan, menjadi sukses dan berhasil.

Seorang anak desa, melukiskan sejarah yang begitu dalam dan pilu. Bagaikan sebuah lukisan di atas secarik kertas, dilukis dengan tinta tangisan dan kerja keras. Kusiratkan sejarah bertintakan darah, kulampirkan kisah hidupku, di atas sehelai daun ini, berawal kisahku. 

Menyusuri jalan raya, dalam perjalananku menuju sekolah, membawa koran, untuk menyambung hidupku. Seolah tak ada kata koma bagiku, tuntutan hidup memaksaku untuk menuntut ilmu dan mencari nafkah. Demi hidup yang lebih baik, kulukiskan kisah hidup ini.

Kisah berat harus kujalani, sering kurasa sepi dan sedih, perasaan bagaimana sudah, cukup, ingin rasanya kuakhiri kisah pilu ini. Mengakhiri dan memberi titik pada tulisan dan cerita hidup pilu ini. 

Keluar dari rantai dan lingkaran kesulitan ini, apakah usahaku akan berhasil? Menutup halaman yang lama, kembali meluapkan cerita hidup yang lebih baik dan penuh warna. Memasuki hidup baru di dalam lingkup dan lingkaran yang lebih baik. Mengisi botol ini dengan cerita yang lebih indah, demikianlah harapanku. Sebagai seorang anak desa yang punya mimpi untuk memperbaiki hidupnya.

Bagaikan nilai-nilai kehidupan yang fana, ingin ku keluar dari wadahku yang lama. Kutuangkan hidup ini dan perbaharui hidup dalam gelas yang baru. Belajar giat dan menjadi orang sukses, menutup hari-hari lamaku. Bergerak cepat bersama dinamisnya peradaban modern, bagaikan anak panah yang melesat cepat dengan tujuan yang pasti. Satu tujuan menjadi sukses dan bisa hidup lebih baik sehingga di akhir bisa kurehat sejenak, duduk di sebuah kursi, menatap indahnya senja. Mengambil secarik kertas untuk melukis kehidupan yang lebih berwarna. Harapan manusia, cerita anak desa, penuh suka, duka, dan cita-cita, demikianlah kisah hidupku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun