Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (12): Buta, Tabu, Batu...

4 Februari 2021   07:07 Diperbarui: 4 Februari 2021   08:23 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: touchtalent.com

Sebuah peradaban panjang dibangun oleh akal yang terus menembus ketidakpastian semesta, hati yang selalu membalut luka-luka batin atas eksistensi, dan aksi yang berusaha melukiskan betapa panjangnya sejarah kehidupan ini. Peradaban sesungguhnya: beradab atau biadab? Nurani menusuk arti dalam realita duniawi.

Hidup di masa yang penuh pergulatan bukanlah hal yang menyenangkan bagi Agustinus kecil. Ketika mimpi menjadi bintang tidak terakomodasi oleh sarana kehidupan yang layak. Bermodalkan buku, ia berusaha merengkuh mimpinya menjadi seorang raja nantinya. 

Ketika anak-anak lain bermain sepeda, perang-perangan, Agustinus kecil hanya terbaring di rerumputan. Ia melihat langit biru yang penuh dengan awan dengan pupil matanya yang melebar. Ia merenung dan meneguhkan janji di hatinya seraya berkata, "Suatu saat aku akan berada setinggi awan".

Layaknya hidup anak kecil, senang dan sedih dialami Agustinus yang kerap mengusik hatinya. Rumah yang tak layak dihuninya di hamparan desa dekat sungai. Ia duduk di atas batu sambil membaca buku lalu menatap air sungai yang merefleksikan raut mukanya yang sendu. Pedih, sedih, hati tak terukur, mimpinya menjadi seorang raja rasanya mustahil. Layaknya bumi berevolusi, ia berharap suatu saat nanti akan terjadi keajaiban. 

Setelah dari sungai, ia kembali ke padang rumput yang penuh ilalang tersebut. Tiba-tiba dari tempat duduknya, seorang gadis menawan muncul dari pucuk sebuah menara kerajaan. Aneh rasanya, baru pertama kali hati Agustinus berdebar kencang.

Gadis yang telah Agustinus lihat itu merupakan putri dari Caesar Agung, raja kala itu. Jatuh cinta, Agustinus berdebar rasanya ketika setiap sore hari ia melihat putri di pucuk menara dari tempat duduknya. Suatu kala, putri tersebut sedang ditugaskan perjalanan menuju kediaman warga miskin untuk menagih pajak. 

Agustinus yang merupakan anak dari golongan rendah pun terkejut melihat pujaan hatinya berada di dekat rumahnya. Dari dedaunan, ia melihat di jalan raya bahwa golongannya sedang menyusun rencana untuk menawan putri dan memberontak pada raja. 

Salah satu orang miskin tiba-tiba berlari membawa pedang ingin menikam sang putri. Agustinus meloncat dan tertusuk, ia menatap putri dengan punggung yang tertusuk. Darah bercucuran seperti tinta yang pekat, Agustinus dengan sekarat berharap cerita cintanya berakhir sementara dengan koma. 

Peristiwa tersebut merupakan kejanggalan dari negeri yang sangat tentram, bahkan sang putri pun terlihat terkejut dan sedikit kesal saat kejadian, entah apa yang di pikirannya.

Agustinus bertemu seorang gadis yang telah memberinya warna dalam hidupnya yang sarat makna. Seperti sebuah lingkaran, hidupnya berubah dari anak ingusan menjadi pahlawan. Dari yang hidupnya dikekang oleh rantai kemiskinan menjadi hidup yang bertujuan, menikahi sang pujaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun