Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (7): Berharap untuk Sebuah Nuansa

30 Januari 2021   07:07 Diperbarui: 30 Januari 2021   07:13 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. awesomengers.wordpress.com

Hidup tanpa harapan adalah sebuah kesia-siaan yang membawa manusia pada rasa putus asa pada hidup itu sendiri. Harapan atau pun impian setidaknya mendorong jiwa dan raga untuk menelusurinya dalam setiap langkah mengurai antara kemustahilan dan kenyataan. 

Kukayuh pedal sepedaku menyusuri jalan di tengah kegelapan malam. Sambil terus mengayuh, perlahan mulai kutatap langit malam yang penuh bintang. Kurasakan angin malam yang berhembus meniup rambut pirangku. Malam-malam bersepeda hanya untuk mengembalikan buku yang kupinjam dari teman perempuanku. Mataku yang berpendar memantulkan cahaya lampu jalan, seakan-akan tidak sabar lagi untuk bertemu paras eloknya. Bagaimana pun juga, hidup ini memang perlu usaha.

Merupakan sebuah revolusi besar yang terjadi dalam hidupku, ketika aku berani meminjam buku milik seorang perempuan. Berkali-kali hati ini disakiti ternyata membuatku tumbuh menjadi pribadi yang tangguh. Terus kukayuh sepedaku, sementara pikiranku melayang ke mana-mana. Tak terasa, aku sudah tiba di jembatan untuk menyeberangi sungai. Kulihat ada banyak ilalang berbaris di tepian sungai itu. Terlihat juga menara mercusuar yang bersinar nun jauh di sana. Ini artinya, aku sudah dekat dengan rumah teman perempuanku itu. Suasana di sini ternyata benar-benar nyaman seperti pedesaan, sama nyamannya ketika aku berbicara dengannya.

Aku sudah mulai memasuki jalan raya dalam area pedesaan ini. Hatiku semakin tidak sabar untuk bertemu dengannya dan segera mengembalikan buku. Akan tetapi, tiba-tiba kulihat di depanku ada bercak-bercak darah segar. Mataku terbelalak kaget dan langsung mencari sumber darah-darah tersebut. Aku juga langsung menghentikan kayuhan sepedaku secara spontan. Akhirnya, aku menemukan seseorang terkapar dekat tumpukan daun di pinggir jalan. Tangannya memegang setumpuk koran yang di atasnya tertulis tanda baca 'koma' dengan tinta merah tua yang tebal. Aku berdebar-debar, aku sendirian, dan aku tidak tahu harus berbuat apa.

Warna merah darah dan tinta yang ada di sekitarku semakin membuatku merinding. Aku sama sekali tidak menemukan titik terang dalam situasi ini. Kuambil botol minumku dengan tangan gemetar, lalu kuminum air dari botol itu. Setidaknya, pikiranku menjadi sedikit lebih jernih setelah meminum air. Aku membalik halaman koran tersebut satu per satu. Warna tinta merah tua itu membentuk sebuah motif lingkaran pada halaman-halaman selanjutnya. Rupanya ini merupakan sebuah pesan rahasia yang ingin disampaikan seseorang entah siapa. Kemudian aku memutuskan untuk pergi menuju ke pos polisi terdekat. Lantas, kukayuh pedal sepedaku cepat-cepat, terdengar rantai sepedaku berdecit.

Keringat dingin mulai membasahi telapak tanganku yang sedikit gemetaran. Sayup-sayup terdengar suara manusia yang bising entah darimana asalnya. Aku merasa seperti sedang menuju ke suatu peradaban baru. Tiba-tiba, ada suara gelas terjatuh dan pecah yang sangat mengagetkanku. Mataku terbelalak dan aku langsung terbangun dari tidur nyenyakku. Mulai kusadari bahwa aku sedang duduk di atas kursi dengan kertas-kertas ada di hadapanku. Kulihat ke arah papan tulis, ada banyak tanda panah tertulis dalam reaksi kimia yang sulit kupahami. Kutoleh kepalaku ke kanan dan ternyata teman perempuanku dalam mimpi tersebut sedang mentertawakanku yang sempat tertidur. "Aduh, mengapa harus terbangun? Ingin rasanya kulanjutkan tidurku supaya sempat berbincang dengannya, meskipun hanya dalam mimpi."

*WHy-cheLL

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini. 

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun