Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setelah Senja (6): Berdamai dalam Malam

29 Januari 2021   07:07 Diperbarui: 29 Januari 2021   08:11 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. www.vectorstock.com



Perubahan seringkali terjadi dalam hidup yang sangat penuh aksi dan kreasi ini. Damai di hati dalam meniti setiap langkah perubahan adalah bekal yang terindah untuk tetap membuat jiwa dan raga bersinergi dalam kolaborasi hidup. 

Kubosan hidup terkangkang dalam zona nyaman. Ya, zona di mana orang akan selalu kembali nantinya, yaitu rumah. Maka, kuberanjak dari batas wilayahku, lalu meluncur dengan sepedaku. Kala itu hanya bunyi desiran angin yang menemani pengembaraan malamku. Aku mulai lelah sehingga aku mencari tempat untuk berteduh. Segera kutemukan kursi yang tak berpenghuni. Beranjaklah kakiku dari sepedaku dan duduk. Voila! Ada buku tergeletak dengan setengah halaman terbuka. Buku itu mulai kubaca tanpa mengerti artinya pada awalnya, namun seakan-akan bintang di langit menerangi hati dan benakku. Aku mulai menikmati setiap tulisan dan terlelap dalamnya.

Ternyata, buku ini menyiratkan makna-makna kehidupan, terutama mengenai revolusi. Tak seperti revolusi industri, di mana desa-desa dengan sungai dan ilalangnya yang indah disulap menjadi daerah berjuta menara. Ini lebih kepada perubahan sikap dari dalam diri. Pemaknaan mengenai penerimaan diri sendiri dengan berdamai dari hati. Ya, hati dapat memimpin seseorang kepada semuanya, termasuk kepada perubahan diri sendiri.

Cerita dalam buku ini menggambarkan bahwasanya mengubah hati tak semudah membalikkan lembaran-lembaran koran. Bila sesuatu tak berjalan sesuai kehendak hati, terkadang hati itu sendiri dapat tersayat. Memang, bukan luka darah yang tertetes, tetapi bisa saja menggoreskan duka yang mendalam. Semua itu tidak akan terjadi jika hati sanggup berdamai. Perdamaian membawa hidup sewangi bunga-bunga yang bermekaran di tepi jalanan raya. Sikap lepas bebas sebagai perwujudan damai digambarkan dengan daun-daun yang terbang bebas mengikuti arah angin pergi. Rentetan koma bersalaman yang ditulis oleh tinta kehidupan dapat diatasi dengan perdamaian.

Kisah dalam buku ini terlalu menarik untuk segera kuusai. Rantai-rantai persahabatan yang tersurat dalam setiap halamannya sungguh menginspirasi. Pertemanan antar sahabat tersebut mewarnai setiap peristiwa, terutama peristiwa untuk menerima diri sendiri. Tantangan yang mereka hadapi menuju perdamaian tak berhenti secepat botol-botol menggelinding berhenti. Namun, sebelum titik mengakhiri cerita, lingkaran kekuatan di antara mereka selalu mendukung sahabat tersebut untuk terus memperjuangkan perdamaian.

Panah jam di taman telah menunjukkan pukul 12 malam. Aku ragu untuk meninggalkan buku itu. Di sini bisa saja kumpulan kertas bermakna ini hilang dimakan peradaban. Akhirnya, aku memutuskan untuk membawa buku itu pulang. Secepat mungkin aku meninggalkan kursi yang sudah menemani malamku. Terima kasih kepada manusia yang sudah menjadikan buku ini ada. Aku akan menyimpan setiap maknanya erat-erat dalam gelas memoriku.

*WHy-deLL

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini. 

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun