Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (2): Aneh, Aneh...

25 Januari 2021   09:16 Diperbarui: 25 Januari 2021   09:30 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keanehan kadangkala buah dari interaksi perasaan pada keadaan di sekitar yang membuahkan pikiran dan perilaku yang tidak seperti biasanya. Jiwa dan raga yang bergerak dinamis, statis, dan terkadang tak menentu merupakan sebuah fenomena hidup sehat bersama semesta.

Sore hari adalah bagian dari hari yang sangat kusukai. Sore ini waktunya aku berkeliling di desa dengan sepeda pemberian kakekku. Aku senang bersepeda sambil melihat langit yang kelabu dan menyapa petani yang baru pulang dari sawah. 

Di suatu tempat yang sangat aku sukai, aku berhenti dan mengambil buku harianku dari keranjang sepeda. Kutuliskan semua pengalaman yang aku alami sepanjang hari ini. Tak terasa hari sudah mulai malam saatnya aku kembali ke rumah. Jalanan di desa sudah mulai gelap namun cahaya bulan dan bintang yang gemerlap menerangi jalanku. Mataku tak henti memandangi indahnya malam itu, terasa seperti hidup ini sangat indah dan tenang.

Sudah 10 tahun aku tinggal di desa yang indah ini sejak aku lahir tapi hari ini aku harus meninggalkan desa ini. Aku harus pindah ke ibu kota karena ayahku mendapatkan pekerjaan baru di sana. Rasanya sangat sedih meninggalkan desa ini yang penuh dengan pengalaman. Aku takkan melihat sungai jernih mengalir dan ilalang bergoyang ditiup angin di kota yang padat. Di kota aku hanya bisa melihat menara dan gedung-gedung tinggi. Bagiku sangat sulit untuk berevolusi di kota yang individualis ini.

Sepanjang perjalanan ke kota, rasa rindu dan asumsi mengenai kota selalu terngiang di kepalaku. Akhirnya aku tertidur di perjalanan dan tak sadar hari sudah pagi dan aku bangun dari ranjang baruku. Pagi ini adalah pagi pertamaku di kota. Aku tidak mendengar suara kicau burung. Pagi ini terasa buruk bagiku karena aku hanya mendengar suara kendaraan yang berisik di jalan raya. 

Pagi ini aku harus segera ke sekolah baru, aku menggunakan mobil untuk pergi ke sekolah baru. Di perjalanan aku membeli koran untuk kubaca di mobil dan mulai membaca koran itu. Aku terkejut melihat darah di lembar kedua, darah itu menutupi sedikit tulisan dan tanda koma. Koran ini sangat misterius dengan tulisan berwarna hijau dan aku menemukan dua helai daun. Satu bacaan yang aneh bagiku adalah "Pesan Berantai Misterius".

Akhirnya aku sampai di halaman sekolah baru yang pagi itu sangat ramai. Aku berjalan mencari kelas baruku, aku menemukan kelas baruku dan memasukinya. Di kelas itu ada 12 anak berpakaian berantakan dengan kelas yang sangat horror. Aku mengikuti pelajaran hari itu dengan sangat membosankan dan menyeramkan. 

Keesokan harinya segerombolan anak menemuiku di halaman sekolah dan memberi botol kaca berwarna biru. Sesampainya di kelas aku membuka botol itu dan melihat surat di dalamnya. Surat itu bertulisan merah dengan kata-kata yang sulit dipahami. Kalimat di surat itu ditegaskan dengan akhiran tanda titik yang besar dan dilingkari. Dan aku yakin itu adalah surat berantai yang misterius yang aku baca di koran kemarin.

Aku duduk di kursi kelasku sambil membaca surat yang mungkin surat berantai misterius itu. Aku bertanya dalam hatiku, masih zamankah surat berantai di peradaban ini? Namun aku tak peduli, tetap kubaca kertas aneh itu. Isi kertas itu selain tulisan merah di pojok kiri surat, aku melihat gambar manusia yang terpanah. 

Lagi-lagi aku bertanya pada diriku kenapa aku harus mendapatkan surat ini? Suasana kelasku saat ini sangat ramai tetapi aku merasa sangat horor di tambah dengan gelas yang tiba-tiba jatuh. Rasanya sangat aneh tinggal di kota ini aku ingin kembali ke desaku. Aku merindukan desaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun