Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bapak dan Ibu Guru, Bergembiralah Sampai Pukul 10.00!

17 April 2018   11:27 Diperbarui: 18 April 2018   18:09 3023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa SMAK Dempo memberikan bunga sebagai ucapan terima kasih kepada guru mereka pada hari terakhir kegiatan belajar-mengajar di SMAK Dempo, Malang, Rabu (7/3). KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Elbert Hubbard pernah mengatakan, "Bergembiralah sampai pukul 10.00, maka sisa hari itu akan senantiasa berisi kegembiraan". Hal ini mengisyaratkan bahwa ketika kita bangun di pagi hari, kita perlu mengingatkan diri tentang keputusan diri untuk berpikir dan bertindak positif. Penting sekali bagi kita untuk mengelola pemikiran dan mengarahkan tindakan positif agar selalu konsisten dalam menata hari.

Hidup kadang kala dijadikan ajang mengejar target-target tertentu yang akhirnya berujung pada kegagalan atau keberhasilan. Ambisi pun turut meramaikan dalam pergolakan dinamika hidup. Yang menjadi ujian hidup adalah bagaimana nurani kita merespons segala stimulus dalam hidup kita.

Tak jarang kita mudah menggadaikan nurani kita dalam pengingkaran pada kejujuran dan integritas diri sehingga jatuh pada berbagai perilaku buruk. Namun tak sedikit pula dari kita yang menjaga dan memelihara nurani sehingga kebaikan dan kebenaran menjadi habitus diri dalam setiap waktu dan setiap pengalaman yang ada.

Target sederhana dalam hidup namun kadang terlupakan adalah memulai hari dengan gembira. Kadangkala kegembiraan bagi manusia di dunia ini harus berwujud sesuatu yang nyata terlihat, seperti memiliki harta banyak dan melimpah. Kegembiraan sesungguhnya sebuah situasi atau kondisi, bukan benda yang kelihatan.

Menata pagi dengan gembira adalah sebuah habitus yang harus diperjuangkan demi  mencapai target-target lain dalam keseharian. Bermula dari rumah atau keluarga, sangat menarik dan indah tatkala suasana pagi hari diciptakan dengan rasa semangat, antusias, tersenyum, dan saling pengertian. Beranjak dari tempat tidur dengan mantap dan optimis menjadi permulaan hari yang cukup menjanjikan. Pastinya akan berbeda saat kita beranjak dari tempat tidur dengan bermalas-malasan, permulaan hari serasa suram dan belum siap beraktivitas di hari itu.

Bagaimana kita menyikapi pagi kita masing-masing adalah sebuah pilihan hidup. Hal itu semakin menegaskan bahwa gembira atau tidak hari kita sesungguhnya secara langsung dan tidak langsung adalah pilihan kita pula. Segera beranjak dari tempat tidur atau bermalas-malasan di setiap pagi juga merupakan pilihan kita dalam memulai hari. Semuanya adalah sebuah keputusan bebas pribadi dalam menentukan cara pandang, perasaan, dan tindakan.

Dalam bukunya The Difference Maker, Maxwell menguraikan bahwa jika kita bertanggung jawab atas sikap kita, maka kita dapat membuat sikap kita menjadi aset terbesar dalam hidup. Sikap itu dapat menjadi pencipta makna dalam kehidupan kita, membuka pintu dan membantu kita mengatasi hambatan besar dalam hidup. Berhasil atau gagal, gembira atau sedih, berpikir negatif atau positif sesungguhnya bermula dari diri kita sendiri.

Prinsip dasar tentang kegembiraan ini sejatinya dapat diimplementasikan juga dalam pengembangan pendidikan di negara kita ini. Ketika kita terus-menerus berharap adanya perubahan pendidikan yang lebih baik pada pemerintah kita, kadang kala kita jatuh pada rasa frustasi dan terus mengeluh atas ketidakberesan pendidikan kita. Mari bergembira dengan keadaan pendidikan kita yang jauh dari proses memanusikan manusia menuju taraf insani ini dengan cara membangun kegembiraan dalam diri kita masing-masing dan menularkan pada orang lain.

Kegembiraan diri menjadi kunci keberhasilan hidup dan sekaligus peningkatan kualitas pendidikan. Ketika guru tidak gembira dengan profesinya sebagai guru, tentunya sulit dibayangkan bahwa guru akan membuat gembira para siswa dalam proses pendidikan di sekolah. Ketika guru selalu mengeluh tentang hidup dan profesinya, tentunya sulit dibayangkan bahwa guru akan memotivasi dan membantu para siswa dalam mengembangkan potensinya.

Sumber ilustrasi: 99u.adobe.com
Sumber ilustrasi: 99u.adobe.com
Kegembiraan guru sebagai pendidik dan pendukung generasi penerus bangsa menjadi pondasi kuat pada kualitas pendidikan bangsa. Pendidikan sudah seharusnya dikelola dan dikembangkan oleh orang-orang yang terpanggil untuk mendidik dengan setulus hati, bukan sekadar digerakkan oleh orang-orang yang mencari pekerjaan lalu digaji. Hati yang mendidik menjadi modal bagi kualitas pendidikan yang humanis dan bermakna.

Kegembiraan guru senantiasa juga menjadi awal yang baik bagi kegembiraan para siswa dalam proses belajar. Sudah bukan rahasia lagi bahwa pendidikan kita sangat membebani anak-anak dalam berbagai aspek, seperti: jumlah pelajaran, banyaknya materi, rumitnya tugas dan pekerjaan rumah, dan tuntutan para guru. Sekolah menjadi tempat yang menyeramkan bagi anak-anak. Peran guru sangat dibutuhkan sebagai mitra belajar yang menyenangkan sekaligus selalu mendukung dalam pengembangan potensi.

Kegembiraan guru sebagai pendidik akan tercermin pada semangatnya mendidik anak-anak. Semangat dalam mendidik tercermin dari kemauan dan kemampuan para guru dalam mendampingi anak-anak belajar. Guru yang mau adalah guru yang selalu punya waktu untuk berelasi dan mendukung anak-anak dalam proses belajar dalam keragaman kemampuan anak didik. Guru yang mampu adalah guru yang selalu belajar untuk mengembangkan kemampuannya  sehingga melahirkan inovasi, kreasi, dan aktualisasi pembelajaran yang bermakna dan kontekstual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun